Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Perpisahan

Diperbarui: 15 Oktober 2022   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Hi...

Kau tahu, hal apa yang paling tidak menyenangkan di dunia ini?

Ya... Sebuah perpisahan.

Perpisahan dengan siapapun, baik berpisah karena kematian atau karena memang sudah waktunya. Aku membenci sebuah perpisahan dengan siapapun dan apapun itu.

Lagi-lagi aku dihadapkan dengan sebuah perpisahan. Dengan teman maupun dengan yah... seseorang yang sempat dekat. Sebenarnya aku tidak apa-apa apabila harus ditinggalkan. Tapi hal yang sangat aku sayangkan adalah perpisahan itu sendiri. Perpisahan yang menyebabkan 2 lawan bicara memilih untuk tidak berkomunikasi lagi dalam bentuk apapun. Mungkin bisa, tetapi sepertinya sulit dilakukan.

Aku sekarang hanya sedang terjebak pada bayang-bayang kata "seandainya". Andai aku tidak merespon berlebihan untuk lebih dekat dengan dia, pasti kita akan tetap baik-baik saja dan hanya menjadi teman. Ya, teman abadi saja jangan lebih. Begitu pula dengan teman. Andai saja kita bisa intens berkomunikasi mungkin tidak akan se-asing sekarang. Hal yang sudah terjadi ini pun selalu aku perjuangkan sebelumnya sebelum benar-benar 'berakhir'.

Jika seperti ini pada akhirnya, lebih baik aku diam saja tidak usah berkutik, ya? Dari perpisahan ini sebenarnya aku bisa belajar bahwa setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Mungkin saat ini aku hanya butuh waktu dalam proses masa healing dari sebuah perpisahan. Aku juga tidak bisa menghandle mereka semua untuk tetap singgah. Sayangnya hal yang bisa kulakukan adalah mengontrol diriku sendiri.

Seperti seorang filsuf stoic yang pernah berkata tentang "dikotomi kendali". Ada 2 hal didunia ini yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan. Contoh hal yang bisa kita kendalikan adalah dari diri kita sendiri, mengontrol pikiran dan tindakan kita. Sedangkan hal-hal yang diluar kendali kita adalah pemikiran dan tindakan orang lain, kesehatan, masa depan, reputasi, kekayaan, dan lain sebagainya. 

Secara logika, aku sangat paham tentang teori stoikisme itu. Apakah mungkin karena aku adalah tipe manusia melankoli? jadi semua hal yang terjadi padaku selalu kubawa dengan penuh perasaan dan  kadangkala selalu meromantisasi hal-hal indah. Aku sangat tahu melakukan hal-hal konyol itu hanya akan membuang waktuku. Ah.. sudahlah, mungkin aku terlalu banyak berhalusinasi dan membayangkan bahwa hidup berjalan seperti di film-film fiksi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline