Aku yakin semua manusia memiliki aib masing-masing dan itu adalah rahasia besar yang tidak perlu diceritakan kepada orang lain. Ada juga tipe manusia yang jika sudah percaya dengan orang-orang terdekatnya bersedia cerita tentang masa-masa kelam yang ia pernah lalui. Begitu pula denganku. Terkadang memendam seorang diri juga memberatkan diri sendiri. Aku harap para manusia yang sudah diberikan amanah tidak menceritakan kepada orang lain. jangan sampai cepu! itu akan membahayakan hubungan silaturahmi diantaramu dan temanmu.
Aku memilliki teman lawan jenis sejak duduk dibangku kuliah. Bahkan hingga kami lulus pun masih berhubungan dekat. Anggap saja kita sudah lebih dari teman alias sahabat dekat. Dia memiliki karakter yang peduli, humble, dan supel. Satu karakter dari dirinya yang aku sukai adalah dia bisa menjadi dirinya sendiri. Bahkan dia juga sering membuat aku dan teman-temanku ngakak karena lawakannya. Ibarat jika tidak ada dia di tongkrongan rasanya kurang seru karena dia memang menjadi sasaran empuk untuk jadi bahan lawakan.
Suatu hari dibulan Juni, tiba-tiba dia menanyakan hal aneh di whatsapp. Dia juga bilang kepadaku ingin jujur terhadap sesuatu. Diantara sahabat se-geng, aku adalah orang terakhir yang dia ceritakan karena takut dengan bagaimana responku nantinya. Lalu aku semakin menerka-nerka hal yang tidak kuinginkan karena dia nge-spill bahwa dirinya melakukan "penyimpangan". Kata itu langsung mengarahkanku kepada simbol pelangi. Apakah dia gay? Batinku dengan spontan. Ingin rasanya menampik fakta itu tetapi tanda-tanda itu semakin jelas dihari sebelum dia membuka obrolan "itu".
Beberapa hari kemudian kami bertemu dan jalan di Mall berdua. Dia basa-basi dulu padahal aku sudah kepo. Namun, dia mengalihkan pembicaraan dulu ke pembahasan yang ringan. Hingga akhirnya kami duduk di foodcourt. Mulailah dia menyuarakan kalimat pembuka. Aku masih ingat dia bertanya, "bagaimana tanggapanmu jika memiliki teman yang menyimpang?". Aku pura-pura bego sambil menerka-nerka dengan pertanyaan randomku. "Kamu pake narkoba? Ngehamilin anak orang? Nabrak orang?".
Hingga akhirnya kami beranjak dari foodcourt. Dia ingin cerita beneran karena tidak enak di foodcourt ada beberapa orang lain yang takutnya ikut nguping. Langsung saja aku nyeplos, "kamu gay?", sambil jalan. Kamu tahu responnya apa? Dia cengar-cengir! Jelaslah sudah bahwa dia memang melakukan penyimpangan itu. Lalu dia pun menegaskan bahwa dia tidak gay, tetapi lebih ke bisex. Oh My God! Aku lumayan shock disitu. Dia bilang suka laki-laki tapi masih suka perempuan. Oke, jika dibilang shock, tidak seberat itu. Tetapi lumayan tidak terduga saja jika ternyata dia begitu.
Hari-hari sebelum dia jujur, aku sudah curiga dengan postingan story di instagramnya. Darimana dia bisa berkenalan dengan orang-orang yang menurutku cukup stylish untuk seukuran life style di daerahku. Yang membuat aku semakin curiga juga ada beberapa foto cowok di story-nya yang cenderung agak mlehoy begitu. Pasti kalian juga bisa membedakan kan pose-pose cowok tapi bukan sewajarnya malah cenderung ke mlehoy? Selain itu dari segi wajah juga umurnya bukan sepantaran, bahkan ada yang lebih tua dariku. Pernah ku reply di story-nya, "weh sekarang temennya anak-anak hits" . dia Cuma jawab pake emoticon saja waktu itu.
Oke lanjut ke ceritanya langsung. Dia cerita bahwa teman-teman yang pernah aku tanyakan itu adalah circle dari pacar sejenisnya. selain itu, dia juga bercerita bahwa ternyata dia sudah punya mantan cowok 2 orang. nah itu yang bikin aku lumayan shock. Ternyata dia punya pacar diam-diam dan baru berani jujur kepada kita mulai awal tahun ini. Aku semakin bingung dengan kondisi temanku yang satu ini. aku pikir baru sekarang dia memulai hubungan itu, ternyata sudah lebih dari sekali.
Dia bercerita bahwa dia takut jika aku menentang hubungan itu karena katanya aku memiliki watak yang keras dan agamis, padahal biasa saja. Jujur pada saat itu aku masih dalam keadaan shock terkendali yang rasanya ah terserah dia mau melakukan apa saja. Tetapi, selepas dari kepulangan kita waktu itu aku semakin berpikir dan merasa kasihan padanya karena dia adalah orang terdekatku. bukan orang lain karena dia adalah sahabatku. awalnya ingin bodo amat karena toh itu tidak merugikanku, tetapi juga aku tidak bisa bersikap bodo amat.
Rasanya cenderung ke rasa kasihan. Pasti ada sebab mengapa dia memutuskan untuk seperti itu. Sebenarnya dia dulu normal. Mungkin di kampus tidak pernah pacaran, hanya dekat dengan beberapa cewek. Awal-awal kerja pun juga dia pernah kok pacaran dengan cewek tulen dan aku tahu hubungan mereka. Sayangnya untuk pertanyaan mengapa dia bisa seperti itu tidak dijelaskan dan bersifat rahasia. yang kuingat waktu itu kalo tidak salah dia pernah memiliki trauma terhadap masa kecilnya. katanya dia sering dibully.
Sedikit tahu tentang masa kecil difotonya bahwa dulunya dia adalah anak tambun. Badannya emang gede dan berkulit gelap. Bahkan hingga SMA pun dia masih tambun dan seorang temannya sampai membuat lagu KHUSUS untuk membully Dilan. Luar biasa tega, bukan? Tetapi dia bisa membuktikan semuanya. Dia diet ketika liburan kenaikan kelas 3 SMA. selepas liburan, orang-orang yang pernah membully-nya tercengang dengan perubahan drastisnya. Aku mulai mengenalnya saat kuliah dan kuakui dia lumayan tampan dengan tubuh proporsional. Bahkan aku juga pernah tidak percaya bahwa dia pernah tambun.