Lihat ke Halaman Asli

Allah Tidak Butuh Aku, Aku yang Butuh Allah

Diperbarui: 1 Agustus 2020   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/

Hai.. sudah lama aku tidak menulis keluh kesahku disini. Banyak sekali pikiran yang menggangguku belakangan ini. Banyak sekali ambisi tapi berakhir tak se-indah ekspektasi.

Banyak sekali kekhawatiran yang muncul ketika aku memikirkan tentang kehidupan yang sebenarnya. Apakah aku sedang mengalami fase Quarter Life Crysis?

Bisa jadi. Namun, justru itu sedang menyiksaku. Aku selalu melihat ke atas. Melihat mereka yang dengan mudahnya dan beruntung sekali menggapai impian mereka. Namun aku juga pernah beberapa kali tersadar, mungkin saja usaha mereka besar. Mungkin saja mereka memiliki suatu kebutuhan yang lebih dariku, maka Allah datangkan rezeki untuk mereka.

Kata bunda, kalaupun kamu tiba-tiba dikasih bonus yang tidak sesuai dengan jerih payahmu, sebanyak apapun rezeki materi yang kamu terima maka akan habis sia-sia.

Entah kamu habiskan untuk apa, dimana, dan kapan habisnya. Karena hasil tidak akan mengkhianati usaha. Karena rezeki pun tidak pernah tertukar. Ya, aku mempercayai kalimat itu.

Begitu pun dengan kekasihku dulu saat dia masih dalam proses untuk mendapatkan pekerjaan. Ada seorang teman yang menasehatinya begini, "kamu tau kenapa pengamen kalo suaranya jelek langsung dikasih uang? Dan kamu tau kenapa pengamen yang suaranya bagus dibiarkan nyanyi dulu baru dikasih uang?"

Kekasihku pun tak bisa menjawab. Ia hanya diam termenung sambil memikirkan jawabannya. Lalu, jawaban dari temannya membuatku ikut tersadar. Ia mengibaratkan bahwa 'pengamen' itu seperti kita, sang peminta doa.

Sedangkan 'yang memberi' itu ibarat rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Ada orang yang dikasih rezeki cepat, ada juga hamba yang diminta Tuhan untuk bersabar.

"Karena apa? Karena Allah ingin mendengar doa-doa dari hamba-Nya tersebut." . Sungguh pemikiran yang luar biasa sih menurutku. Sepertinya aku sendiri pun belum pernah mendengar istilah itu sebelumnya. Hmm...lumayan tertampar juga.

Seketika mendengar itu, aku juga introspeksi diri bahwa Allah memberiku satu alasan kenapa aku harus terus-menerus bersabar. Karena aku merasa telah jauh dari-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline