Lihat ke Halaman Asli

Nabila Annuria

karyawan swasta

Menunggu Gebrakan Eri Cahyadi Selanjutnya, Sikat Habis "Long Tail Corruption" di Surabaya

Diperbarui: 10 Januari 2025   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eri Cahyadi di SDN Sulung tempat ayah Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodiharjo mengajar (Dok Pemkot Surabaya via Kompas.id)

Rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya secara resmi menetapkan Eri Cahyadi sebagai Wali Kota terpilih. KPU Surabaya menyatakan angka partisipasi masyarakat dalam pemilihan kali ini meningkat. Pada pilkada 2024 ini mengalami peningkatan. Dari data yang pilkada 2005, 2010, 2015, 2020 yang lalu mentok partisipasi ada di angka 53 persen. Pada Pilkada Surabaya 2024 ada peningkatan 56,15 persen.

Pasangan Eri-Armuji berhasil memenangkan Pilkada Surabaya dengan perolehan suara sebanyak 980.380, mengalahkan kotak kosong. Dengan perolehan suara sebanyak 980.380 atau 81,38 persen.

Pada periode pemerintahannya yang lalu tak henti-hentinya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang akrab disapa Cak Eri membuat gebrakan terkait dengan perbaikan pelayanan publik. Gebrakannya untuk memberantas pungli dan korupsi juga menyasar lembaga di tingkat paling bawah.

Cak Eri menegaskan, pihaknya tak segan-segan mencopot ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) yang terlibat pungutan liar (pungli). Seluruh ketua RT/RW dan LPMK terpilih untuk bekerja sesuai Peraturan Walikota Nomor 112 Tahun 2022.

Bukan hanya itu, Cak Eri menegaskan agar ketua RT/RW dan LPMK terpilih bekerja sesuai kontrak kinerja melayani masyarakat. Dia tak ingin terjadi pungli ketika ada warga yang membutuhkan pelayanan.

Misal, ada warga mengurus akta kelahiran, lalu diminta duit, yo dicopot. Sama dengan kontrak kinerjanya ASN (aparatur sipil negara). Tak jarang Cak Eri menggebrak Dinas Kesehatan Kota Surabaya agar membenahi sistem antrian Puskesmas. Dia minta pelayanan untuk warga berlangsung cepat. Instruksi itu menindaklanjuti keluhan warga yang ditemuinya saat inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah Puskesmas.

Sikap tegas Cak Eri yang anti pungli patut diacungi jempol. Pasalnya yang namanya pungli atau korupsi kecil-kecilan itu tidak boleh dibiarkan tumbuh subur. Karena korupsi kecil-kecilan itu biasanya ekornya panjang sekali atau jumlahnya bisa tumbuh banyak sekali bila dibiarkan begitu saja.

Dalam domain pemberantasan korupsi, pungli di tingkat bawah merupakan fenomena long tail corruption. Yakni kasus korupsi yang nominal atau jumlahnya relatif kecil sehingga kurang efektif bila diproses dengan prosedur hukum normal. Biasanya jumlah kasusnya sangat banyak dan beragam. Sehingga jika kasus tersebut di total jumlahnya juga sangat besar dan bisa meresahkan masyarakat.

Modus pungli tersebut dilakukan oleh pegawai rendah tetapi sebagian direstui oleh pejabat daerah. Bahkan hasil pungli disetorkan kepada atasan dan sebagian untuk foya-foya bersama kelompoknya.

Selama ini pungli di tingkat bawah dibiarkan terjadi karena proses hukum untuk menangani long tail corruption memang tidak sesuai dengan beban biaya yang dikeluarkan petugas dalam menyidik kasus yang bisa jadi bisa berkali lipat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline