Lihat ke Halaman Asli

Islam dalam Pendidikan

Diperbarui: 23 November 2022   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://unsplash.com

Matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa indonesia, dan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya sudah menjadi "makanan sehari-hari" bagi seorang siswa di sekolah. Setiap harinya di kelas mereka selalu bertemu dengan berbagai mata pelajaran yang beragam. 

Tidak dapat dipungkiri berbagai mata pelajaran tersebut tentu bermanfaat-selain sebagai penilaian. Namun, seringkali kita lupa bahwa ilmu tersebut hakikatnya bersumber dari yang Maha Tahu, Allah Swt. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita menyertakan ilmu agama dari setiap hal yang kita pelajari. Pun dalam pembelajaran di kelas.

Sebenarnya belajar sejarah dalam pendidikan Islam menjadi strategi untuk bisa mengenalkan niai Qurani dan semangat Islami. 

Tetapi yang perlu digaris bawahi yakni sukses tidaknya kita dalam mengajarkan sejarah bukan seberapa banyak yang telah kita sampaikan. Kita perlu tekankan bahwa tujuan utama mengajarkan pendidikan Islam-salah satunya sejarah, yakni untuk menumbuhkan rasa cinta sebagai bekal penting mengenal Rasullah saw. Selain itu juga sebagai bekal untuk terus mau belajar sejarah Islam.

Dalam mengajarkan sejarah kepada anak, apa yang kita sampaikan bukan hanya sekadar mempelajari tentang apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi kita juga harus dapat menginterpretasikan antara zaman Rasulullah saw. dan masa kini. Mengajarkan kisah nabi kepada anak bukan hanya sekadar penyampaian informasi.

Perlu adanya persiapan dalam proses belajar mengajar sejarah Islam. Kita harus menggunakan informasi dari berbagai sumber yang terpercaya. Jangan lupa libatkan anak dalam proses tersebut agar anak terrbiasa dan bisa membedakan informasi dari kitab dan sumber terpercaya lainnya dengan kabar burung.

Perlu diingat bahwa biasanya seorang anak bosan ketika belajar sejarah karena kita terlalu berfokus pada tanggal, tahun, maupun tempat saat berlangsungnya kejadian. Padahal anak lebih senang dan tertarik dengan alur peristiwa yang terjadi. Seringkali proses penyampaian informasi mengenai sejarah diberikan secara terpotong-potong dalam kurun waktu-waktu tertentu. 

Yang sebenarnya pada satu periode tertentu telah terjadi banyak peristiwa paralel di tempat lain yang saling mempengaruhi. Jika hal ini disampaikan secara runtut dan benar, maka anak akan dapat memahami sejarah secara utuh.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum kita mentransfer ilmu kepada anak, kita perlu belajar kembali. Proses belajar mengajar bukan hanya sekadar riset, tetapi juga refleksi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline