Bayangannya tak tampak ketika ia tidur. Bayangannya membesar ketika ia mendekat. Sosok yang bersembunyi di setiap sudut rumah. Sosok yang paling disegani karena kemurahan hatinya. Tidak mencuri dan mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Tak suka mengganggu kehidupan pribadi yang lain. Namun, terkadang ia manja dan butuh perhatian. Ya, dia seekor kucing saya yang sangat tampan.
Sudah banyak yang mengatakan "Itu hanya hewan tanpa jiwa, tanpa perasaan. Aku tidak akan kasihan pada binatang." Semua orang sepakat berpendapat hewan-hewan itu akan terlihat menyedihkan tanpa tahu apa yang terjadi sesungguhnya.
Memiliki kucing dari dua tahun yang lalu mengubah pandangan saya. Saya pikir mereka tak memiliki perasaan karena akan berbeda dengan seekor binatang. Meskipun pada awalnya, saya melihat mereka sangat menyedihkan, tetapi ada sisi lain yang membuat saya jauh lebih bahagia ketika melihat mereka. Makhluk yang cantik, tampan, imut dan sangat baik. Saya suka mereka. Meskipun beberapa dari mereka terkadang menyakiti saya tanpa alasan, tetapi lebih banyak dari mereka yang mengajarkan pada saya tentang kasih sayang dan hidup mandiri.
Ketika saya memiliki kucing, pikiran saya tertuju pada sebuah pertanyaan 'Apakah saya dapat berbicara dengan mereka?" Saya mengajari beberapa kosakata dan melatih mereka beberapa kemampuan untuk menangkap hewan-hewan yang sekiranya mereka dapat tangkap, seperti tikus, dan cicak. Saya berharap merekadapat berkomunikasi dengan saya. Akan tetapi, saya kini berpikir bahwa tak apa jika mereka tak mengerti. Akan lebih baik jika kita sama-sama tak mengerti. Tak mengerti secara lahir namun mengerti secara batin.
Saya mulai merawatnya tanpa ada perencanaan sama sekali. Sebelumnya, saya pernah memiliki keinginan ingin merawat kucing. Namun, pikiran itu sudah sangat lama dan sudah saya lupakan. Akan tetapi, dua tahun terakhir ini ada dua ekor kucing yang sering sekali menginap dan mampir untuk makan. Seiring berjalannya waktu, mereka menjadikan setiap sudut rumah adalah tempat tidur yang nyaman. Tak apa haha. Saya juga menyadari, barangkali Tuhan sedang memberikan dua malaikatnya untuk menemani hari-hari saya di rumah agar tak sepi saat pandemi. Ah, terima kasih!
Mereka banyak memberikan petunjuk-petunjuk tersirat pada saya. Seperti menghampiri ke salah satu sudut rumah saat menjelang maghrib yang seolah-olah mengisyaratkan "Waktu sudah hampir maghrib, bersiaplah untuk beribadah", pergi bermain saat pukul 6 pagi dengan ekor melambai-lambai mengajak "Ayo, semangat untuk beraktivitas pagi ini" dan mengeong dengan seru ketika masuk dan keluar rumah seperti memberi izin permisi atau saya pulang.
Keajaiban-keajaiban yang terjadi selama saya merawat kucing tak hanya terjadi sekali dua kali. Saya menjumpai beberapa keajaiban diantaranya, ketika rumah kami kosong dan pintu tak terkunci, salah satu kucing yang sering datang ke rumah saya duduk menunggu di salah satu sudut halaman belakang rumah.
Saya yang merasa cemas dengan kondisi rumah seringkali merasa tenang ketika kucing tersebut menunjukkan keberadaanya disitu dan kemudian pasti menghampiri saya seolah-olah memberi tahu bahwa kondisi rumah tidak apa-apa. Hal itu yang membuat saya merasa mereka dapat memahami setiap perasaan saya. Perasaan yang dapat dibangun pelan-pelan antara kita dengan kucing kita
Saya berharap saya dapat mengisi semua waktu yang tersisa dengan menghabiskan waktu bersama kucing-kucing saya. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang, mereka dapat membantu mengurangi stress dan penat dari rutinitas kita yang melelahkan. Dengan begitu, dari sudut rumah kita juga mampu hidup bahagia.
Rawatlah mereka dengan cinta!