Pertama teradapat, Nekara Bulan Pejeng di temukan di Pejeng, Kec. Tampakrising, Kab Gianyar. Dilaporkan oleh G,E, Rumphius tahun 1704. Nekara Bulan Pejeng disimpan di Pura Penataran Sasih Desa Pejeng, Batara Sasih. Ditempatkan di Pelinggih setinggi 4,5 m.
Merupakan nekara terbesar di Indonesia, dengan tinggi 186,5 cm, garis tengah bidang pukul 160 cm, tepi bidang pukulnya setebal 3mm menjorok keluar selebar 25cm. Pada bagian tubuh utama dihiasi dengan wajah manusia dengan mata melotot, hidung menonjol, dan telinga memanjang dan dilubangi yang menggambarkan giwang berupa bulatan-bulatan.
Dekorasi lainya termasuk 8 sinar bintang di tengah tympanum garis bergelombang dengan simpul dan desain geometris, dan rumah-rumah.
Kedua yaitu, Nekara Desa Bebrita, Kec. Gianyar, Kab. Gianyar, dan sekarang di simpan di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, dan ditemukan tahun 1962 dengan kondisi rusak, yang tersisa hanya bidang pukul bergaris tengah 55cm dan fragmen bagian bahu. Terdapat pola bintang delapan sinar di bagian tengah bidang pukul yang diantaranya ada pola bulu burung merak.
Ruang pertama berisi pola garis patah; ruang kedua berisi jalur-jalur garis bergelombang dengan tonjolan; pada ruang ektiga berisi pola garis patah; ruang keempat tidak ada hiasan. Bagian bahu memiliki pola hias garis-garis keliling atau igir-igir (richels). (Soejono,1984).
Ketiga, Nekara dari Desa Pacung, Kec Tejakula, Kab Buleleng ditemukan bulan Januari 1978, ketika tiga orang petani menggali sumur. Lubang galian berada di dekat Pura Dalem Pacung. Nekara ini tergali pada kedalaman 7 m, ditemukan dalam posisi tergeletak dengan bagian bidang pukul berada di barat.
Keempat, Nekara Ularan yang ditemukan pada kebun di daerah perbukitan. Desa Ularan, Kec. Seririt, Kab. Buleleng. Terletak pada koordinat 80 45’58’’ Bujur Timur dan 80 35’ 14’’ Lintang Selatan di ketinggian 250 meter di atas permukaan air laut.
Ditemukan oleh I Ketut Mastra saat menggali tanah. Penelitian kemudian di lakukan oleh tim Balai Arkeolog Denpasar tahun 1993, 1994, dan 1997. Nekara ini setelah direkonstruksi memiliki ukuran tinggi 27cm dan garis tengah bidang pukul 16cm.
Dan menjdai satu-satunya nekara berukuran kecil yang ditemukan sampai saat ini di Indonesia. Bidang pukul dengan keadaan aus dan fragmentaris. Terdapat pola hias bintang. Dan ruang kedua untuk pembatas terdapat dua pita yang mengelilingi bintang di atas, dihiasi dengan pola hias gigir.
Bagian bahu lurus mengecil kea rah pinggang memiliki tiga ruangan: Ruangan pertama tidak ada hiasan. Ruang kedua, terdapat beberapa buah pita horizontal yang melingkar di bagian bahu. Di tengah-tengah pita ada pola hias garis patah.
Ruangan ketiga, terdapat pola hias kedok muka. Diduga terdapat empat pasang yang di batasi oleh garis pita horizontal melingkar pada bagian bahu. Ciri-ciri kedok muka seperti bentuk muka segitiga, yang terbatasi dengan dua buah garis sejajar yang mengecil kebawah.