Wisata Alam Pertanian Kampung Halamanku
Dari ladang kami, nampak sebagian kecil Danau Toba, persis pada titik di sebelah barat di sekitar Huta Silalahi. Huta atau kampung ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Dairi di sisi barat danau. Kampungku dan wilayah perladangan penduduk di mana kami juga mempunyai ladang, masuk ke dalam wilayah Kabupaten Simalungun di sisi timur Danau Toba.
Jalan raya yang melintasi kampungku masuk dalam kategori jalan-negara. Sepanjang waktu, jalan raya ini berada dalam kondisi yang baik. Kalau Anda melintas dari jalan ini dari arah Brastagi menuju Parapat melewati Tigarunggu yang adalah ibukota kecamatan Purba, Anda bisa melihat dan merasakan sendiri kenyamanan melewati jalan raya aspal hitam tersebut.
Anda hanya memelankan laju kendaraan begitu jalanan mulai menanjak saat memasuki area Bukit Simarjarunjung. Selain itu, perlu juga hati-hati sebab jalan raya yang Anda lalui banyak tikungan dan di salah satu sisi jalan curam atau jurang yang mengarah ke bawah sana, ke Danau Toba. Intinya, silahkan berhati-hati sebab tekstur tanah di bukit ini juga rawan longsor.
Salah satu areal perladangan penduduk di kampung kami berada di sebelah barat Bukit Simarjarunjung. Kontur alam di daerah kami terdiri dari sungai, lembah, rawa-rawa, bukit-bukit rendah, dan hamparan datar. Para penduduk kampung juga mempunyai perladangan di sekitar atau dekat dengan Simarjarunjung. Biasanya, wilayah yang dekat dengan bukit ini lebih subur tanahnya dibandingkan dengan areal pertanian yang ada di bagian barat agak jauh dari Simarjarunjung.
Penduduk kampungku adalah para petani handal. Sejak lama, mayoritas penduduk kampung ini berprofesi sebagai petani. Konon, sekitar 40-an tahun yang lalu, hampir semua penduduk kampung menanam nenas. Penanaman ini diwajibkan oleh pemerintah. Begitulah cerita yang kudengar. Harga nenas pada waktu itu murah dan para petani mengalami kesulitan untuk membiayai kehidupan mereka hanya terutama mengandalkan nenas. Perlahan, mereka mengurangi luas ladang nenas, beralih menanam berbagai macam jenis tanaman palawija yang bisa cepat panen.
Belakangan, kalau Anda melintas saja dari jalan raya di wilayah kami, mulai dari Tigarunggu sampai Sahala, kampung terakhir yang Anda akan lewati sebelum memasuki Bukit Simarjarunjung, Anda dengan mudah dapat melihat barisan-barisan pohon jeruk. Anda pun bisa berhenti di beberapa kebun jeruk penduduk setempat yang menjual hasil kebun mereka persis di tepi jalan raya. Itu baru yang dapat Anda lihat di kiri kanan jalan. Jauh dari tepi jalan raya, masih ada banyak lagi kebun-kebun jeruk penduduk.
Jalanan ke perladangan kami yang jauh dari jalan raya utama dapat dilalui kendaraan roda empat tetapi jenis tertentu saja seperti truk dan mobil beroda besar. Jalanan ini belum diaspal. Konon, tahun depan, akan ada pembangunan jalan raya aspal hitam melintasi ladang kami sebab di bagian ujung sana, kurang dari satu kilometer dari ladang kami, akan ada pembangunan baru oleh pihak tertentu.
Bayangkan, tidak ada penduduk yang tinggal di wilayah perladangan ini secara menetap tetapi arus listrik sudah ada sampai ke ladang kami. Kami sendiri sudah memasang meteran listrik di sopo (gubuk ladang kami) di areal perladangan ini. Tiang-tiang listrik sudah dipasang sejauh ladang kami dan tentu saja akan ada pemasangan sampai ke bagian ujung yang merupakan titik akhir daratan sebelum tiba ke Danau Toba di bawah sana.
Sebagai anak kampung, saya merasa penasaran seperti apa perkembangan yang akan berlangsung di wilayah perladangan kami ini di tahun-tahun yang akan datang ini. Memang, kalau kita perhatikan dengan seksama, ada banyak potensi yang dapat dikembangkan di wilayah ini, salah satunya adalah potensi wisata pertanian dan pemandangan alam yang indah.