Media sosial sudah menjadi kebutuhan primer di era yang cepat ini. Rasanya jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu aliran informasi terasa begitu cepat. Banyak informasi yang disiarkan dan dikabarkan. Media informasi yang dulu terbatas, satu arah kini berbeda drastis. Masyarakat yang dulunya hanya sebatas konsumen informasi sekarang sudah bisa menjadi produsen informasi.
Masyarakat mendapatkan media untuk berpendapat dan menyuarakan isi kepala mereka. Rasanya cukup mudah tinggal membuat postingan dan unggah di media sosial pribadi dan ya sudah bisa dinikmati banyak orang. Tidak melalui reportase, redaksi, apalagi editor untuk menyebarkan informasi yang belum diadakan verifikasi terhadap informasinya.
Literasi digital di Indonesia masih kurang, masih banyak masyarakat kita mempercayai hoaks dan salah menafsirkan informasi yang ada. Belum lagi minat baca masyarakat yang rendah.
Ada satu tagar yang menyoroti salah satu kasus yang sedang menjadi topik pembicaraan saat ini. Kasus meninggalnya satu keluarga disalah satu daerah Indonesia. Kemudian ada judul berita yang mengaitkan kejadian itu dengan salah satu kegiatan beragama. Jika dibaca dengan kepala dingin tidak ada masalah dengan judul tersebut. Namun, reaksi dari banyak kalangan malah sebaliknya.
Sepertinya reaksi orang-orang tersebut menggambarkan kalau mereka hanya membaca judulnya saja. Jika membaca artikelnya secara utuh tidak ada maksud untuk menyudutkan salah satu agama. Bahkan dalam artikel tersebut menjelaskan dan mengutip dari sumber yang jelas.
Ya hal ini semakin menegaskan kalau masyarakat kita masih minim tentang literasi digital. Belum bisa menafsirkan informasi dengan baik dan benar. Hal ini cukup memprihatinkan sebenarnya mengingat era ini semua informasi bisa diakses dengan cepat dan banjir informasi.
Namun, dengan banyaknya informasi timbul masalah baru yakni munculnya disinformasi dan misinformasi yang bisa saja menyebabkan masalah lain dimasa depan. Misinformasi ialah informasi yang keliru, tetapi orang-orang yang menyebarkannya percaya bahwa itu benar. Disinformasi ialah informasi yang keliru, dan banyak orang yang menyebarkannya tahu bahwa itu salah, tetapi tetap menyebarkannya.
Contohnya saat corona merebak dan muncul vaksin untuk corona yang diperuntukkan untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Kemudian muncul oknum yang anti vaksin, muncul berita kalau vaksin corona terpasang chip dsb. Kejadian tersebut cukup membahayakan bukan?. Mempercayai informasi mentah-mentah tanpa melakukan verifikasi informasi dewasa ini sangatlah berbahaya.
Hal yang tepat saat ini ialah meningkatkan kemampuan literasi kita sebagai masyarakat. Melakukan verifikasi informasi dari berbagai pihak, dan sudut pandang. Tidak menelan mentah-mentah informasi yang tersebar jika belum ada kejelasan yang tepat. Jangan menyebarkan informasi yang tidak memiliki sumber yang jelas.
Besar harapan dan semoga kedepannya orang-orang mau belajar. Tidak bersumbu pendek jika membaca judul. Semoga kedepannya orang-orang mau membaca berita secara utuh dan lengkap. Tidak mencatut satu berita dan menafsirkannya dengan banyak, yang kemudian mengaitkan kebanyak hal.