Lihat ke Halaman Asli

Nabial C G

Apoteker/Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Film Pendek "KTP" yang Menyentil dengan Halus Peliknya Birokrasi

Diperbarui: 14 Oktober 2022   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film pendek KTP via YouTube.com/BPMTP

Film pendek yang berjudul KTP merupakan karya terbaik 1 FVE 2016 Kategori UMUM.

Film pendek KTP ini hasil produksi dari ASA film, dan disutradarai oleh Bobby Prasetyo. Premis ceritanya cukup sederhana, dan dekat dengan masyarakat kita. Latar tempat memang disuatu desa yang sepertinya fiksi. Dimulai dengan seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) atau dulu dikenal dengan PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang mengendarai motor dinasnya untuk menghampiri suatu desa.

Tujuan ia datang ke desa tersebut cuma ingin mendata satu orang warga desa tersebut yang disinyalir belum memiliki data penduduk. Percakapan sederhana dimulai sembari bertanya dengan sopan ASN tersebut mendata. 

Penduduk desa yang belum memiliki data penduduk tersebut seorang pria lansia atau Mbah yang hidup secara mandiri. Hidup sederhana dengan kesendiriannya, tidak memiliki sanak saudara yang bertempat tinggal mendampingi mbah tersebut.

Selama ngobrol sakaligus mendata mbah tersebut awalnya berjalan lancar jaya. Saat masuk pertanyaan perihal agama si mbah mulai lah perkara dimulai. Karena, si mbah sudah tua ingatan beliau terkait hal-hal tertentu cukup sulit mengingat. Ditambah si mbah belum punya data penduduk untuk verifikasi data agama si mbah.

Nah disinilah mulai konflik-konflik kecil bermunculan. Untuk membantu pengisian data ini dipanggillah tetangga si mbah yang kebetulan cukup dekat untuk menanyakan agama si mbah. Ternyata si mbah agamanya Kejawen. 

Seperti yang kita ketahui bersama kalau hanya ada 5 agama yang diakui pemerintah Indonesia. Jadi kolom agama kejawen ya tidak ada. Konfliknya ringan hanya mendata penduduk yang kebetulan memiliki agama yang tidak ada kolom berkas data penduduk. 

Puncak komedi dari film ini adalah yang dimana untuk menyelesaikan permasalahan tersebut warga-warga kampung diajak berdiskusi, dari pak RT, hingga tokoh desa didatangkan untuk mencari solusi dari permasalahan ini.

Secara tidak langsung film pendek ini menyentil birokrasi kita yang sebenarnya masalah sederhana tapi, cukup pelik untuk diselesaikan. Bahkan hingga berakhirnya film solusi untuk pendataan penduduk itupun tidak ada solusinya sama sekali. 

Sebuah gambaran birokrasi kita yang semrawut. Nyatanya film pendek nan sederhana ini memiliki pesan yang luhur. Tersirat pesan bahwa birokrasi itu harusnya disederhanakan dan mampu mewadahi kepentingan masyarakat. Indonesia masyarakatnya beragam, dan rasanya jika mengkotakkan dalam 1 kotak saja tidak akan cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline