Sebagai perantau yang jauh dari kampung halam perlu menguasai kemampuan adaptasi diri. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung pepatah lama yang menenangkan. Artinya kita sebagai manusia harus mengikuti juga memahami budaya setempat terutama makanan lokal.
Olahan makanan apapun selagi halal tidak akan aku tolak karena sebagai perantau perihal makanan sangat penting karena demi kelangsungan hidup. Selain itu juga memang gemar untuk mencicipi makanan baru.
Saat pertama kali ke Yogyakarta aku menemukan makan unik sejenis sate ini. Namun yang satu ini dengan aroma yang khas bakaran daging sapi. Tentu awalnya sebagai pendatang aku tidak tahu menahu bahan yang digunakan itu apa karena tergiur aroma gurih dari sate ini akhirnya aku memutuskan untuk membelinya itung-itung menjawab rasa penasaran.
Aku lupa tepat harganya berapa saat itu aku ingat membeli sate ini pada hari minggu di Sunmor pasti orang Yogya tahu acara mingguan ini apalagi status mahasiswa jogja wajib ke Sunmor.
Harga 10 ribu rupiah 10 tusuk kalau tidak salah ingat. Aku bungkus satu porsi dan bawa pulang ke kosan, dan memang ternyata sate yang satu ini gurihnya luar biasa lemak sapinya itu terasa sekali dengan lahap aku menghabiskan sate kere itu tanpa jeda.
Lama berselang setelah makan, kepala pusing ada sensasi kliyengan dari situ aku mencari tahu, bahan baku sate ini , dan dari situ baru aku mengetahui bahwa bahan yang digunakan adalah gajih sapi yang aku kira daging sapi. Kandungan gajih sapi itu ternyata adalah lemak dan itu tinggi kolesterolnya dari kejadian ini akhirnya tersadarkan kalau usia tidak bisa bohong.
Umur memang tidak bisa membohongi, dan itu pertama kali merasakan sensasi kolesterol tinggi.
Terlepas dari itu semua sate kere adalah kuliner yang wajib dicoba karena memang rasanya yang begitu khas juga teksturnya kenyal di lidah. Sebenarnya panganan sate kere ini ragam macamnya bahan bakunya tidak melulu gajih sapi tapi, untuk yang satu ini aku ingatkan dampaknya buat kesehatan jangan mengulangi kesalahan yang sama sepertiku, makan saja secukupnya dan tidak berlebih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H