Lihat ke Halaman Asli

Keluhku Pada-Mu

Diperbarui: 10 Juni 2024   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Segala ciptaanMu sungguh membuat aku bertanya-tanya. Kenapa Engkau ciptakan rasa kasih dan sayang beriringan dengan kebencian dan kekecewaan. Apakah ini pancaran dari paradoks yang melekat padaMu, huwa al awwalu wal akhiru, wa dhohiru wal bathin, sungguh Engkau membingungkan, Tuhan. Cinta yang Kau bangun megah dalam hati sirna ketika kebencian hadir meluluh lantakkan kemegahan cinta. Apakah ini maksudMu agar seorang hamba tidak larut dengan keindahan cinta dan tidak selalu murung dengan kekecewaan dan kebencian?

Iya aku tahu, waa maa alhayatad addunnya illa lahwun wa la'ibun, sendau gurau yang Kau ciptakan menjadikan aku untuk selalu merenung dan memikirkan rasa yang Engkau ciptakan. Setiap kebahagiaan yang Engkau hadirkan padaku, pasti setelah itu Engkau hadirkan bencana. Terkadang dalam setiap kebahagiaan yang kualami, pasti ada saja kesedihan yang hadir tidak terduga. Tuhan, sendau gurauMu merangsang hambaMu ini untuk merenung dari apa yang telahku alami.

Pada akhirnya, Engkau Yang Maha Mengetahui. Konsep yang Kau tulis di kitab suci cukup memberikan informasi, wa 'asa antakrohu syai'an wa huwa khoirul lakum, wa 'asa antuhibbu syai'an wa hua syarrul lakum. Hamba hanya bisa berusaha sampai pada menjaga titik kestabilan menerima segala rasa yang Kau berikan, Tuhan. Terkdang merasa mencintai dan dicintai, terkadang merasa membenci dan dibenci. Mengalami kebahagiaan yang penuh dengan suka cita, tapi juga mengalami kekecewaan dan kesedihan yang penuh duka cita.

Yaa!, sekarang aku mengerti Kau Maha Segalanya, Tuhan. Hamba hanya bisa memandangMu dari bawah sini dengan teropong pikiran dan hati. Maafkan hamba, yang selalu lalai dengan kebesaranMu yang Kau kirim melalui peristiwa yang menghasilkan rasa sedih dan bahagia. Pada akhirnya sampai pada pemahaman bahwa hidup serba tak terduga. Sekarang Kau bangun megah rasa cinta dan kebahagiaan, sepersekian detik kemudian Kau hadirkan kebencian dan kekecewaan. Doaku yang selalu kuminta padaMu  untuk mengarungi samudra kehidupan ini. "Kekasih, yaa muqollib al qulub tsabit qulubana 'ala diinik, tho'atik, khoir, wa mahabbati rosullik."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline