Sebagai makhluk budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dari pegaruh sosio-kultural yang ada disekelilingnya. Salah satu gagasan yang menjembatani antara pendidikan dan budaya adalah prinsip Culturally Responsive Teaching. Culturally Responsive Teaching atau yang dikenal dengan singkatan CRT merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menghendaki peserta didik untuk mendapatkan hak yang sama dalam pengajaran tanpa membedakan latar belakang budaya peserta didik. Istilah responsif pada kalimat Culturally Responsive Teaching menekankan pada interkoneksi atau keterpaduan langkah yang diambil guru dalam melaksanakan tugasnya dengan konteks sosio-kultural yang ada disekelilingnya. Karena peserta didik merupakan makhluk yang memiliki latar belakang sosial-budaya yang berbeda-beda maka hendaknya guru mendayagunakan perbedaan-perbedaan tersebut dengan sebagai modal dalam mewujudkan keterapaduan dalam interaksi belajar.
Culturally Responsive Teaching tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan prestasi peserta didik, melainkan juga membantu peserta didik dalam memperkokoh identitas budayanya. Menurut Gay (2000, hal.19), prinsip dasar pendidikan yang responsif adalah terwujudnya kemitraan antar pendidik dan peserta didik. Dalam pendekatan ini, penting bagi seorang pendidik untuk menempatkan pengalaman, nilai-nilai, dan persepsi yang berkembang dalam masyarakat untuk mengembangkan praksis pendidikan. Sedangkan dalam penerapan Culturaly Responsive Teaching, terdapat 5 prinsip atau panduan yang perlu diperhatikan; a)pentingnya budaya; b)pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari konstruksi sosial; c)inklusivitas budaya; d)prestasi akademik tidak terbatas pada dimensi intelektual; dan e)keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan dan keragaman (Greer, et.al., 2009, hal. 197).
Melalui Culturally Responsive Teaching, peserta didik merasa aman dan nyaman dalam proses pembelajaran, karena mereka mendapatkan hak yang sama tanpa ada rasa takut untuk dibeda-bedakan karena latar belakang sosial-budaya. Selain itu, melalui CRT juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, serta peserta didik juga akan lebih memahami budayanya sendiri dan juga belajar untuk menghargai perbedaan budaya orang lain. Pendekatan Culturally Responsive Teaching dapat terlaksana dengan baik apabila masing-masing peserta didik dapat menghormati latar belakang sosial budaya masing-masing individu. Menurut Gay, CRT adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dengan memadukan pengetahuan budaya, pengalaman, dan gaya kinerja peserta didik yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Gay, G. 2000. Culturally responsive teaching: Theory, practice, and research. New York: Teachers College Press.
Greer, Brian, dkk. 2009. Culturally Responsive Mathematics. New York: Routledge.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H