Strategi Pengurangan Limbah Farmasi di Fasilitas Kesehatan untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Oleh Naayla Fitriani Rahmah
Kata Kunci: Keseimbangan Alam, Limbah Farmasi, Lingkungan.
Lingkungan menjadi aspek utama dalam keberlanjutan kehidupan untuk menjaga keseimbangan alam dengan cara menjaga lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi limbah dengan mendaur ulang, menggunakan transportasi umum, pengelolaan air dengan bijak dan masih banyak lagi. Salah satu limbah yang menganggu lingkungan yaitu limbah medis farmasi. Limbah ini termasuk dalam golongan B3 karena termasuk dalam limbah berbahaya dan beracun yang dapat menaggu Kesehatan lingkungan. Limbah medis akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat apalagi di era modere seperti sekarang ini. Jadi, kami sebagai calon Apoteker yang baik hendaknya mengelola limbah dengan baik.
World Health Organization (WHO, 2010) menyatakan bahwa sampah yang dikeuarkan Kesehatan (seperti rumah sakit) terdiri hampir 80% dari limbah yang umum dan 20% dari limbah yang berbahaya, yang mungkin bersifat menular, toxic, atau radioaktif. Dari total limbah yang dihasilkan oleh layanan kesehatan, sekitar 15% adalah limbah yang bersifat infeksius atau limbah dari jaringan tubuh, dengan limbah tajam mencapai 1%, limbah kimia dan farmasi sebesar 3%, serta limbah genotoksik dan radioaktif juga 1%.
Apoteker memiliki peran penting dalam pengelolaan limbah obat, dimana apoteker tidak hanya bertanggung jawab terhadap pembuatan obat. Selain Apoteker yang dapat bertanggunga jawab dalam permasalahan limbah ialah dinas Kesehatan, Perusahaan penelola limbah. Tetapi masyarakat harus diedukasi tentang pentinganya pembuangan dan pengelolaan limbah. Limbah medis seperti limbah farmasi ini biasanya ditemukan dari rumah sakit, klinik, apotek dan instansi Kesehatan lainnya. Limbah ini berupa obat-obatan yang kadaluasa, sisa obat dan bahan kimia yang sudah tidak digunakan lagi. Jika tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan dengan membahayakan ekosistem dan manusiapun juga ikut terkena dampaknya. Limbah medis sangat berbahaya karena mengandung zat kimia beracun yang dapat menggangu lingkungan sekitar.
Pengelolaan limbah farmasi yang seperti obat-obatan yang sudah rusak dan kedaluwarsa, sebaiknya mengembalikan obat-obatan ini kepada produsen atau pabrik untuk mencegah penyalahgunaan masyarakat dan menghindari pencemaran, membuang obat tersebut langsung ke tempat pembuangan akhir, menyediakan kontainer khusus, seperti drum atau wadah baja sebagai tempat sementara untuk limbah medis, serta melakukan pembakaran limbah medis di area terbuka dengan suhu yang rendah.
Pengelolaan limbah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran pada air, tanah, daan udara, yang dapat memengaruhi Kesehatan Masyarakat. Maka dari itu, mengurangi limbah medis menjadi langkah yang penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Berbagai cara dapat dilakuakan untuk mengurangi limbah farmasi yaitu pertama Enkapsulasi yaitu melapisi limbah dengan bahan yang tidak reaktif atau yang reaktifnya rendah kemudian ditutup dan diletakkan pada dasar lubang pembuangan kemudian ditutupi limbaha padat. Penempatannya harus baik dan rapat supaya tidak menganggu lingkungan. Kedua, Insinerasi yaitu pengolahan limbah dengan membakarnya dengan suhu tertentu, dengan alat incinerator dengan menguapkan kadar air yang terdapat dalam limbah. Diantara keuntungannya adalah dapat mengurangi limbah secara praktis, menghasilkan limbah abu yang tidak aktif dan tidak mudah terurai dan mengurngi emisi. Ketiga memanafaatkan biorektor fluidized bed untuk menghilangkan residu limbah farmasi khususnya antikanker. Biorektor fluidized bed dengan prinsip fluidasi dengan membiarkan partikel melayang bebas diudara. Keempat yaitu Inertization adalah menghancuri dan mencampuri dengan air, batu dan semen sehingga berbentuk pasta. Pasta kemudia dimasukkan ke limbah perkotaan non B3.