Lihat ke Halaman Asli

Bangga Berbahasa Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta 5 Maret 2014 yang lalu, di suatu kedai kopi di bilangan Kemang, Jakarta selatan. Saya dan beberapa teman berkumpul untuk bincang bincang siang sekaligus menyantap cemilan dan segelas kopi karamel. Di tengah percakapan tiba tiba salah satu teman kami -- yang terkenal sering menggunakan bahasa/istilah inggris-- pun nyeletuk "You know, i've been calling him for so many times but he didnt pick up my phone."

tiba tiba kawan saya yang duduknya berhadapan dengan saya pun bicara dengan pelan sambil menyesap Caramel machiato nya; "Yaelah cuy, pake bahasa indonesia dong. Lo kan tinggal disini, asli juga dari sini bukan orang bule juga. seandainya saja orang Indonesia bangga berbahasa Indonesia pasti Indonesia sudah berada 10 langkah lebih maju dari negara negara tetangga." Kontan saja saya dan kawan saya bertatapan seakan kami semua setuju apa yang ada di katakannya, tinggal lah teman saya yang tadi sempat berbahasa Inggris mingkem sambil menghabiskan kentang goreng nya.

Karena celotehan teman saya, pada akhirnya hal tersebut membuat saya berpikir "oh iya ya, jaman sekarang sudah banyak orang yang (sok) kebarat-baratan." betul kan? Indonesia makin kesini makin kehilangan identitasnya karena gempuran budaya asing yang masuk dan diagung-agungkan rakyatnya. Contoh kecil adalah maraknya penggunaan bahasa asing di Indonesia yang menggeser posisi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

Malah waktu itu saya pernah menonton sebuah berita di salah satu stasiun TV yang meliput sebuah keluarga dimana anak-anaknya sedari kecil dimasukkan ke sekolah Internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar dan dirumah pun mereka juga menggunakan bahasa Inggris (karena dulu ibu bapaknya pernah kuliah di Amerika) hasilnya? anak-anaknya tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia sedikitpun dan orang tua mereka bangga akan hal tersebut. Ironis memang apalagi mengingat mereka bertampang melayu tidak ada darah londo-nya sama sekali. Mungkin hal akan berbeda jika ayah atau ibunya adalah warga negara asing yah, tapi ini warga negara Indonesia dan asli jawa pula.

Bahkan berita yang paling spektakuler menurut saya adalah ketika ada wawancara di televisi dengan cucu cucunya mantan presiden kita BJ Habibie, dimana cucu cucunya tidak bisa berbahasa Indonesia jadilah wawancara dilakukan dengan menggunakan Bahasa Inggris (Duh!). Hanya satu kata di pikiran saya: IRONIS.

Jaman sekarang banyak orang  tua yang berlomba-lomba memasukkan anaknya ke tempat les bahasa Inggris atau Sekolah Internasional agar anaknya fasih berbahasa Inggris. Mereka terlihat bangga ketika anak mereka bisa berbahasa Inggris dan lupa bagaimana melakukan percakapan dengan Bahasa Indonesia. Dengan dalih "kan jaman semakin modern kita menyongsong dunia dimana semua orang menggunakan Bahasa Inggris loh." mereka pun berbondong-bondong mengajak anaknya untuk menggunakan bahasa asing. Bahkan teman saya pernah bilang bahwa penggunaan bahasa asing itu bisa menunjukkan status sosial seseorang, katanya jika menggunakan bahasa asing maka akan terlihat 'high class', baiklah pada fase ini saya bisa katakan bahwa kita sudah ada di titik terbawah dan ter-akut (terlalu cuek) dengan Bahasa kita sendiri.

Maka jangan heran kalau kebudayaan kita diklaim oleh Malaysia sebagai kebudayaan mereka, lha wong kita aja ga bisa menghargai Bahasa Indonesia,padahal bahasa juga bagian dari budaya loh. kalau hal yang paling kecil (menggunakan Bahasa Indonesia) saja kita bertindak masa bodo, apalagi untuk hal yang paling besar? coba kalau bahasa Indonesia juga ikutan diklaim sebagai bahasa Malaysia? saya jamin kita semua kebakaran jenggot.

Bahasa adalah identitas negara. Jika rakyat sudah tidak menghargai bahasa negaranya sendiri itu berarti negara perlahan mulai kehilangan identitasnya. Saya jadi ingat, suatu ketika kawan saya yang bekerja di kedutaan Perancis pun pernah bercerita bahwasanya rakyat Perancis sangat bangga akan kebudayaan dan bahasa mereka. Mereka bahkan menolak untuk berbahasa Inggris -- Bahasa  yang kita kenal sebagai bahasa nomor satu di dunia-- Perancis juga membatasi masuknya kebudayaan barat ke negeri mereka. Hal yang patut dicontoh dari negara perancis adalah, mereka tidak malu untuk memperkenalkan bahasa mereka ke luar negeri.

Bahkan di negara Perancis, wisatawan asing yang datang harus ikut memahami, mengerti dan menggunakan bahasa Perancis. Bukan karena rakyat Perancis tidak bisa berbahasa Inggris, mereka mampu tapi hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa mereka sangat mencintai budaya dan bahasa mereka serta menunjukkan bahwa Perancis menjadi bangsa yang besar bukan karena sektor ekonomi, politik, fashion atau teknologi nya tapi karena penggunaan bahasa yang menjadi alat diplomasi bagi negara lain. hebat bukan?

Masih ingat kan sewaktu Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Soeharto, beliau selalu menggunakan penerjemah ketika berdiplomasi dengan kepala negara dari seluruh penjuru dunia. Itu bukti bahwa beliau juga menjunjung bahasa negaranya, bahasa Indonesia.  Dulu sewaktu saya kecil, saya ingat di sekolah selalu diajarkan mengenai budaya Indonesia seperti lagu daerah, tarian daerah, tempat sejarah dll juga pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu saya tunggu-tunggu. Yang lebih miris ketika saya mengetahui bahwa pelajaran tentang budaya dan bahasa kita di jaman sekarang ini berangsur-angsur dihilangkan dan diganti dengan mata pelajaran yang tidak ada kaitannya dengan budaya juga bahasa Indonesia.

jadi bagaimana kita mau maju kalau kita saja lebih bangga berbahasa asing ketimbang bahasa sendiri?  mungkin ini saatnya kita berkaca pada negara Perancis dan mulai menerapkan cinta bahasa Indonesia ke dalam penggunaan kalimat sehari-hari.

Salam,

Naaj




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline