Lihat ke Halaman Asli

Naailaah Anggya Putri

Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Anugerah atau Malapetaka? Eksistensi Korean-Wave (Hallyu) yang Kian Mendarah Daging Dikalangan Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 31 Maret 2024   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

E.B. Taylor, seorang ahli antropologi, mendefinisikan "kebudayaan" sebagai hal yang melingkupi semua pengalaman manusia. Ia mengatakan bahwa kebudayaan meliputi pengetahuan, seni, moral, hukum, kapasitas, dan perilaku lainnya, yang diterima atau dipelajari oleh individu dan orang-orang yang termasuk dalam masyarakat. 

Dengan melihat definisi ini, kita dapat mengatakan bahwa budaya adalah produk yang dibuat oleh manusia dan bahwa budaya itu juga membentuk manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks budaya, manusia digambarkan sebagai animal simboli karena mereka adalah makhluk budaya yang hidup melalui produk budaya. 

Selain itu, enkulturasi, yakni interaksi antar manusia, adalah cara budaya diwariskan. Individu belajar dan menerima budayanya. Orang memperoleh budayanya secara tidak sadar melalui interaksi dan secara sadar melalui pengetahuan langsung.

Sebab budaya dibangun dan direkonstruksi oleh manusia, budaya tetap dinamis dan dapat tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Terdapat budaya yang tidak dapat diubah, namun. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai fisik dan non-fisik. Budaya non-fisik tidak dapat diubah, tetapi budaya yang berwujud fisik, seperti candi dan prasasti, dapat diubah. 

Budaya non-fisik terdiri dari ide-ide dan aktivitas manusia yang selalu berubah dan dapat berubah sepanjang zaman. Ide-ide non-fisik termasuk nilai, norma, gagasan, dan pesan moral, dan aktivitas non-fisik termasuk ritual, adat istiadat, tarian, dan sebagainya. Oleh karena itu, budaya non-fisik sangat terkait dengan globalisasi. 

Selain mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, perkembangan globalisasi juga mempengaruhi perubahan budaya. Seperti yang kita ketahui, sejak akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21, globalisasi menjadi subjek yang sangat diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa batasan geografis suatu negara menjadi tidak jelas, sehingga globalisasi dapat mengancam eksistensi budaya suatu negara karena budaya asing dapat dengan mudah masuk ke dalam kehidupan negara. 

Dengan kemajuan teknologi informasi, pengaruh globalisasi terhadap penyebaran budaya semakin terlihat. Saat ini, migrasi tidak lagi menjadi cara utama untuk menyebarkan budaya, tetapi sekarang dapat dilakukan melalui media sosial dan media massa. Dengan adanya internet, penyerapan kebudayaan menjadi lebih mudah karena hampir semua orang terhubung dengan jaringan global. 

Di era globalisasi, media menjadi senjata utama dalam penyebaran budaya karena berfungsi sebagai agen penyebaran budaya yang efektif dan berfungsi sebagai jembatan antara agen dan konsumen. Maka demikian, media dapat memengaruhi gaya hidup masyarakat secara langsung dan menjadikan masyarakat sebagai konsumen budaya. 

Jika masyarakat mengadopsi budaya baru, kemungkinan besar budaya yang ada di masyarakat akan berubah. Hal ini diperkuat oleh temuan penelitian oleh para ahli yang menyatakan bahwa media sering digunakan untuk mengubah masyarakat.

Dalam konteks budaya, "globalisasi" selalu dikaitkan dengan dominasi negara-negara Barat, yang juga disebut "Westernisasi." Kedua istilah ini sangat terkait karena keduanya merupakan proses atau strategi yang digunakan oleh negara-negara Barat untuk memperluas produk dan pengaruh mereka, termasuk dalam bidang budaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa salah satu hasil globalisasi ialah Westernisasi. Menurut Antony Black (2006), Westernisasi telah berlangsung sejak tahun 1700-an. 

Namun, sebuah fenomena baru muncul di era globalisasi yang selama ini didominasi oleh kebudayaan Barat. Hal ini adalah gelombang budaya Asia seperti Hallyu atau Korean-Wave, yang merupakan contoh globalisasi budaya versi Asia. Seperti Westernisasi, Korean-Wave menyebar melalui budaya populer seperti film, drama televisi, musik pop, gaya, bahasa, makanan, dan teknologi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline