Lihat ke Halaman Asli

Puasa Menjadi Suatu Kebohongan oleh Anak?

Diperbarui: 8 Mei 2019   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Puasa Menjadi Suatu Kebohongan oleh Anak?

Saat memasuki Bulan Suci Ramadhan, kita dapat melihat ada anak SD yang usianya berkisar antara 6-12 tahun sangat antusias berpuasa, namun adapula yang sedih karena tidak boleh makan dan waktu bermain mereka dibatasi dan atau tidak mendapat uang saku untuk membeli jajan.
Anak SD yang berpuasa juga tidak selalu ikhlas dari hatinya. Terkadang kita menemui anak yang berpuasa karena ada imbalan (reward) dari orang tua. Reward tersebut dapat berupa mainan, uang, atau alat tulis. Jadi, puasa mereka dapat dikatakan tidak lillahita'ala.

Hal demikian tidak sepenuhnya dilarang. Reward dari orang tua adalah salah satu latihan yang diberikan orang tua agar mereka dapat menahan lapar.
Namun, puasa yang demikian pula dapat membuat anak berbohong. Ya, memang mereka ikut sahur. Mereka juga tidak makan di depan orang tua. Namun, bagiamana dengan mereka saat tanpa sepengetahuan orang tua? Ada kemungkinan mereka makan atau minum secara sembunyi-sembunyi.

Jika anak hanya mengharapkan imbalan berupa reward dari orang tua kalau mereka puasa, mereka akan bersikap seolah-olah sedang puasa. Namun sebenarnya mereka telah membatalkan dengan makan/minum tanpa sepengetahuan orang tua. Lalu, apa artinya latihan yang diberikan orang tua?

Latihan tidak hanya dengan memberikan reward. Sebagai orang tua hendaknya memberi pengertian yang agamis tentang kelebihan berpuasa, seperti pahala yang berlimpah dari Allah SWT, doa-doa yang dikabulkan, disayang dan dijaga Allah SWT, masuk surga, dan lain-lain. Orang tua dapat memberi pengertian agamis yang dapat menarik minat dan memotivasi anak berpuasa lillahita'ala.

Tak hanya orang tua. Pihak sekolah juga dapat memotivasi anak agar berpuasa dengan mengadakan kegiatan pondok Ramadhan yang berisi ajaran agama Islam dengan cara memberi ceramah mengenai hikmah berpuasa; praktek, seperti praktek berwudhu dan sholat yang benar; permainan (games) yang berhubungan dengan ajaran agama; serta berbuka bersama teman-teman dan guru di sekolah.

Hal yang demikian dapat memotivasi anak agar semangat berpuasa dengan niat lillahita'ala, sehingga anak benar-benar berpuasa menahan lapar, dahaga, dan nafsu lainnya meskipun saat tidak bersama dengan orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline