Lihat ke Halaman Asli

Ini Konseling Traumatik untuk Gadis Belia Korban Pemerkosaan

Diperbarui: 20 April 2019   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diliput dari detiknews.com, seorang anak perempuan usia 15 tahun di Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi korban kejahatan seksual. Korban sempat dilaporkan hilang selama tiga hari. Polisi menangkap dua pemuda, EI (20) dan RA (17), yang menyekap dan memerkosa gadis belia tersebut. 

Kasus pemerkosaan ini bermula saat korban berkenalan dengan EI melalui teman sekolahnya. Suatu hari, EI menjemput korban menggunakan sepeda motor. 

Perbuatan keji EI berlangsung ketika korban disekap di rumah kerabat RA, sejak 10 Maret 2019. EI memerkosa korban pertama kali dengan iming iming akan diberi telepon genggam. 

Masih hari yang sama, giliran RA berbuat serupa. "Korban ini hilang tiga hari, tahunya pas pulang itu mengeluh jadi korban kejahataan seksual. Korban diiming-iming handphone oleh pelaku," ujar Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya AKP Pribadi Atma.

Trauma adalah suatu kondisi emosional yang berkembang setelah suatu peristiwa trauma yang tidak mengenakkan, menyedihkan, menakutkan, mencemaskan dan menjengkelkan. Konselor traumatik dapat dilakukan oang tua, teman dekat, dan tetangga. Mereka memiliki tanggung jawab untuk dapat membantu individu yang mengalami peristiwa trauma sehingga dapat keluar dari peristiwa trauma. 

Konseling traumatik yaitu konseling yang diselenggarakan dalam rangka membantu konseli yang mengalami peristiwa traumatik, agar konseli dapat keluar dari peristiwa traumatik yang pernah dialaminya dan dapat mengambil hikmah dari peristiwa trauma tersebut. 

Konseling model traumatik ini bertujuan untuk menurunkan gejala kecemasan pasca trauma, menghilangkan bayangan traumatis, membangkitkan rminta terhadap realita kehidupan, serta mengembalikan makna dan tujuan hidup korban. 

Dalam usia yang masih belia, teman sangat dibutuhkan dan berpengaruh. Tidak seharusnya teman mengucilkan dan menjauhi korban. Mereka dapat berperan sebagai penghibur, dengan cara sekedar mengajak bercanda atau bermain di sekita rumah. Hal tersebut dapat mengurangi rasa trauma korban atas musibah yang telah menimpanya.

Orang tua dan tetangga juga hendaknya memberi perhatian pengawasan lebih. Apabila korban mengingat musibah, bersedih, atau bahkan merasa putus asa, orang tua memegang peran penting dalam memberi dukungan. Selain itu, hendaknya tetangga tidak mencibir atau malah bersikap antipati dan acuh terhadap korban. Keramahtamahan tetangga juga sangat berpengaruh dalam proses pemulihan kondisi mental korban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline