Lihat ke Halaman Asli

Memahami Pentingnya Perilaku Asertif

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mengekspresikan perasaan atau pikiran terhadap orang lain itu penting. Terlebih jika itu dilakukan demi kebaikan orang tersebut. Ini untuk menghindari keletihan emosional akibat selalu menyembunyikan perasaan dan pikiran. Sehingga keinginan kita pun tidak akan pernah tercapai karena tak terungkap.

Celakanya, budaya masyarakat kita seakan tidak menghargai sikap seperti ini. Ada stigma "tidak sopan", "kurang ajar", "tidak punya etika", ketika seseorang menyampaikan pesannya. Padahal, seringkali hal itu tidak menyalahi aturan sama sekali. Bahkan, terkadang merupakan hak seseorang.

Misalnya, ketika sedang antre, kita diselang oleh orang lain. Bukannya menegur orang tersebut, kita sering membiarkan hal itu terjadi. Perasaan "tidak ingin membuat keributan" dan menganggapnya hal sepele sudah menjadi kebiasaan. Atau, ketika kita sedang tidak ingin kemana-mana, tetapi diajak teman karib untuk pergi, sulit sekali kita mengatakan "tidak" kepada mereka.

Sikap mudah mengalah, kurang percaya diri, sulit berkomunikasi, pencemas, dan terkadang memiliki sikap tidak ingin punya musuh, menjadi ciri-ciri dari orang seperti contoh di atas. Ia tidak berani mengungkapkan pendapat—dan bahkan hanya ekspresi wajah— dirinya kepada orang lain. Singkatnya, ia tidak berperilaku asertif.

Masyarakat sendiri umumnya menilai sikap "buka-bukaan" seperti itu sebagai tindakan arogan. Ada juga yang menilai sebagai tindakan agresif terhadap orang lain. Padahal tidak demikian. Perilaku asertif berada di antara non-asertif dan agresif. James Lange dan Jakubowski (1976) coba mengutarakan perbedaan diantara asertif dengan agresif seperti berikut.

"Perilaku asertif mencakup ekspresi pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur, dan pantas dengan menghargai hak-hak orang lain. Sebaliknya, (perilaku) agresif merupakan ekspresi diri yang ditandai dengan melanggar hak-hak orang lain dan merendahkan orang lain dalam upaya mencapai tujuan pribadi."

Meskipun batasan di atas tampak jelas, tetapi, mendorong seseorang berperilaku asertif tidaklah mudah. Sebab, ia sudah menyentuh beberapa faktor dalam diri seseorang. Utamanya, faktor budaya seperti sudah disinggung sebelumnya. Pemahaman asertif tidak secara menyeluruh diterima oleh orang lain. Perbedaan inilah yang membuat seseorang masih enggan bersikap asertif demi nama baik serta etika sosial di lingkungannya.

Yang paling terpenting ialah bagaimana kita bisa memahami apa yang kita inginkan dan mengungkapkannya tanpa menyinggung perasaan orang lain. Walaupun itu perkara yang teramat sulit. Dengan komunikasi yang baik, kita bisa melancarkan sekat-sekat yang ada dalam hubungan sosial sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline