[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anak Bangsa Indonesia"][/caption] Sebetulnya saya tadinya tidak akan ikut campur akan topik-topik sosial yang diangkat di negara ini mengingat biasanya ujung-ujungnya adalah sakit hati. Sudah terlalu biasa suara dari mereka yang sebetulnya suara langsung dari rakyat ini kurang mendapatkan perhatian. Tapi hati ini sepertinya tidak pernah lagi bisa tenang ketika mendengar jawaban dari pejabat yang semestinya mengapresiasi masukan dari anak bangsa terhadap bidang yang dibawahinya. Alih-alih mencoba untuk terbuka dan mengerti isi dari tulisan, malah mementahkan pendapat yang disampaikan oleh sahabat kami - Nurmillaty Abadiah - sebagai hanya sebuah tulisan dari anak yang bukan anak SMA. Perlu para pembaca ketahui bila Nurmillaty adalah anggota kami dari komunitas game simulasi politik yang bernama erepublik di dunia maya. Game yang unik yang menuntut kecerdasan dari para pemainnya untuk berpura-pura menjadi pejabat, memikirkan rakyat dan berusaha membangun Indonesia di dunia maya. Dengan intrigue politik dan pergesekan kepentingan yang mirip dengan dunia nyata, para pemain dari komunitas ini secara tidak langsung keterampilannya dalam menulis dan menyampaikan pendapat semakin terasah dengan sangat baik. Bila anda kaget anak SMA seperti sahabat kami ini bisa menulis dengan sedemikian bagusnya, seharusnya anda melihat saudara kami yang lain yang juga pandai menulis padahal waktu itu dia baru anak kelas 6 SD. Anak SD itu bernama Fadhil Ramadhan, sekarang tentunya telah beranjak dewasa dan sekolah di salah satu sekolah di Jakarta. Anda mungkin lebih kaget lagi bila anak kecil ini telah pernah menjadi calon ketua partai salah satu partai yang ada di komunitas kami, dan juga pernah jadi anggota kongres termuda eIndonesia (sebutan kami untuk negara Indonesia di dunia maya) dan ikut memikirkan ribuan pemain indonesia yang bermain disana. Kembali kepada topik ini, sebetulnya menurut saya pribadi, intisari dari tulisan yang disampaikan oleh sahabat kami bukanlah pada "apakah dia anak ingusan atau seorang tokoh bangsa" sehingga baru pantas tulisannya dipandang sebelah mata. Tapi inti dari tulisan tersebut adalah permohonan dari dia sebagai salah satu anak bangsa kepada orang tuanya - anda bapak menteri yang terhormat - tentang kondisi pendidikan yang menyedihkan di negeri ini. Sungguh sepertinya sangat tidak elok ketika ada salah satu anak bangsa yang mengadu kepada orang tuanya dengan kalimat yang baik malah ditanggapi dengan sebuah kalimat yang sepertinya mengkerdilkan isi tulisan dan orang dibalik tulisan tersebut. Kalimat seperti, "Dari tulisannya, logika menulis, pilihan kata, sepertinya mustahil itu ditulis oleh pelajar SMA", semestinya tidak keluar dari orang tua kami yang menunjukkan ketidak percayaannya kepada anaknya. Bila kami sebagai anak-anak negeri ini tidak dipercaya oleh anda - orang-orang yang diberi amanah mengurusi bidang ini - kepada siapa lagi kami harus menyumbangkan pemikiran kami untuk membangun negeri ini? Ah... mungkin ini hanyalah kesalahpahaman dari saya pribadi yang melihat pendapat pak menteri tersebut dari kaca mata negatif. Mungkin maksud kalimat dari pak menteri tersebut adalah bentuk kekagumannya kepada sahabat kami bila tulisannya ternyata sangat bagus diatas level anak SMA. Wah, sebuah apresiasi yang sangat baik dan tentunya sangat membanggakan anak sehingga mereka tambah semangat untuk memompa dan meningkatkan diri. Terlepas dari itu semua, besar harapan penulis agar orang tua termasuk saya sendiri yang udah punya buntut untuk lebih bijak dan berkaca atas masalah ini. Lebih peka terhadap anak kita dan tentunya membantu mereka untuk bisa menjadi anak-anak yang membanggakan kita. Tentunya, pak menteri, saya dan anda semua tentu bangga bukan punya generasi penerus yang kritis dan pintar seperti Nurmillaty ini. Mudah-mudahan, dengan adanya kasus ini tidak membuat patah semangat dan akan muncul Nurmillaty-Nurmillaty yang lain sebagai penerus yang melanjutkan tongkat estafet negeri ini. Dan mudah-mudahan nasib bangsa ini kedepan lebih baik dan semakin berkurang kita mengelus dada dan bergundah hati. Dari seorang warga komunitas eRepublik Indonesia n3m0 referensi: - https://www.facebook.com/notes/nurmillaty-abadiah/dilematika-unas-saat-nilai-salah-berbicara/10152134575249926 - tulisan Nurmy - http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2014/133576-Mendikbud-Tidak-Yakin-Surat-Terbuka-Nurmillaty-Dibuat-Pelajar-SMA - Bantahan pak Menteri - http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2014/133598-SMA-Khadijah-:-Itu-Memang-Tulisan-Nurmillaty - Bantahan pihak sekolah - http://www.erepublik.com/em/citizen/profile/3621721 - char Nurmillaty - http://www.erepublik.com/en/newspaper/edongeng-sesudah-tidur-241328/1 - Tulisan-tulisan dari Nurmillaty di game - http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/1894032 - bekas char Fadhil Ramadhan - https://www.facebook.com/Nurmillaty.A.M - facebook Nurmillaty - https://www.facebook.com/fadhil.ramadhan - facebook Fadhil Ramadhan - http://www.erepublik.com/en/newspaper/berita-nusantara-214666/1 - Tulisan-tulisan Fadhil(anak SD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H