Lihat ke Halaman Asli

Nindy Prisma

TERVERIFIKASI

buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

Kenangan Manis Jerman vs Trauma Brasil

Diperbarui: 16 September 2015   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: harianandalan.com"][/caption]

Masih segar dalam ingatan, Rabu 9 Juli 2014 saya bergegas kembali menuju kamar setelah menyelesaikan makan sahur demi satu alasan. Alasan yang juga membuat semua mata para pecinta sepakbola terpusat pada televisi mereka, menantikan siaran langsung Semifinal pertama Piala Dunia 2014 antara Jerman vs Brasil. Yup, duel dua tim dengan tradisi juara yang sangat dinantikan bahkan disebut sebagai Semifinal ideal.

Jerman kala itu memang sedikit diunggulkan karena ketidakhadiran Neymar, bintang permainan Brasil yang terpaksa harus mengucapkan “selamat tinggal” lebih dulu karena sebuah benturan dengan bek Kolombia, Juan Zuniga berakibat fatal dan menyebabkan retaknya tulang vertebra Neymar, hingga membuatnya harus absen disisa laga Piala Dunia 2014. Insiden yang jelas melambungkan nama Juan Zuniga sebagai satu-satunya orang yang patut dipersalahkan atas cederanya sang megabintang, tapi toh pada akhirnya FIFA tidak memberikan sanksi apapun pada Zuniga dan menganggap  protes yang dilancarkan CBF (Konfederasi Sepakbola Brasil) tidak memiliki basis hukum.

Paska absennya Neymar, Brasil bak tubuh yang kehilangan rohnya. Permainan Selecao perlahan mengalami penurunan yang begitu ketara dan membuat banyak pihak mulai meragukan penampilan Brasil, sampai akhirnya mimpi buruk yang dikhawatirkan para supporter Brasil pun menjadi nyata saat mereka harus dipaksa melihat Brasil luluh lantah dilibas Jerman dengan skor 1-7. 

Pesta gol Jerman dibuka oleh si calon kuat peraih sepatu emas, Thomas Muller di menit ke 11, selang 12 menit kemudian giliran striker gaek Miroslav Klose yang menggandakan keunggulan dengan memanfaatkan lengahnya lini belakang Brasil. Dua gol berikutnya lahir dari kaki Toni Kroos dan satu gol sumbangan Sami Khedira. Sungguh diluar dugaan hanya dalam waktu 29 menit Jerman mampu melesakkan 5 gol ke gawang Julio Cesar dan membuat ribuan supporter Brasil yang memenuhi Stasion Mineirao terdiam dan menangis. Namun, pesta gol Jerman tidak selesai dibabak pertama saja, karena pada babak kedua Jerman kembali memperbesar jarak, lewat sepasang gol dari Andre Schurlle dan parade gol pagi itu ditutup oleh gol tunggal sekaligus gol hiburan yang lahir dari aksi individu Oscar.

Tentu tidak ada yang pernah menduga tim besar dengan tradisi juara Brasil mampu kebobolan tujuh gol. Bahkan saya yakin Joachim Loew, arsitek Jerman waktu itu pun juga tidak menyangka jika anak asuhnya mampu tampil luar biasa dikandang lawan. Dalam sebuah konferensi pers usai pertandingan yang pernah saya baca di sebuah laman media online, Loew mengaku jika dia menginstruksikan pada anak asuhnya untuk tidak lagi menambah gol dibabak kedua, agar Brasil tidak semakin malu dihadapan publiknya sendiri. Loew dan para pemain timnas Jerman jelas tahu betul bagaimana sakitnya ketika kalah telak di hadapan publik sendiri, sama seperti yang mereka alami di Piala Dunia 2006 lalu, saat Jerman gagal melaju ke Final usai dikalahkan Italia dengan skor 0-2 saat berstatus sebagai tuan rumah waktu itu. Tapi sekali lagi, bukan sepakbola namanya jika selama 45 menit kita dipaksa menonton sebuah pertandingan yang hanya fokus pada pertahanan tanpa memanfaatkan peluang untuk menciptakan gol. Hmm bukankah sepakbola adalah berpaduan antara aksi, gol dan drama yang layak untuk dilihat.

Pagi itu jutaan supporter Jerman di seluruh dunia berpesta, termasuk saya yang jatuh cinta pada Klose dkk sejak Euro 2004. ‘’Jerman berpesta diatas kepedihan supporter Brasil’’. Mungkin itu yang ada dibenak beberapa orang terutama mereka para supporter setia tim Samba ataupun mereka yang hanya ikut-ikutan menjagokan Brasil lolos ke Final PD 2014. Tapi sebuah pertandingan tentu hanya memiliki satu pemenang dan merayakan kemenangan bukanlah sebuah dosa.

Kini kenangan manis Jerman itu sudah lewat setahun. Jerman berhasil mengukuhkan diri sebagai Juara Dunia setelah mengalahkan Argentina di partai Final dalam drama yang berlangsung selama 120 menit. Gelar yang sangat pantas didapatkan pasukan Joachim Loew setelah penantian begitu lama.

Lalu bagaimana dengan nasib Brasil usai Piala Dunia 2014?  Jujur saja, meski menjadi salah satu supporter Jerman yang ikut berpesta saat Jerman sukses melibas Brasil, disaat yang sama saya juga menyimpan sebuah pertanyaan besar, apa bisa Brasil bangkit dari trauma kekalahan menyesakkan seperti ini? Kalaupun bisa butuh waktu berapa lama?. Satu tahun berselang, akhirnya satu per satu pertanyaan itu terjawab seiring dengan kiprah Brasil di ajang Copa America 2015 yang baru saja usai.

Ya, Brasil yang masih menyimpan luka dan trauma dari pembantaian 1-7 yang terkenal dengan sebutan Tragedi Mineirao berusaha bangkit, mengurai asa tinggi sekaligus berharap bisa menebus kegagalan di PD 2014 dengan tampil baik di Copa America 2015. Namun sayang, luka yang belum kering itu kini bertambah besar dengan kegagalan Brasil di Copa America. Brasil hanya mampu menyentuh babak perempatfinal sebelum akhirnya kandas di tangan Paraguay. Bahkan –lagi-lagi- kiprah Brasil di Copa America harus kembali diwarnai insiden yang melibatkan si anak emas, Neymar Junior.

Entah sebuah kebetulan atau tidak, insiden Neymar kali ini juga terjadi saat Brasil berhadapan dengan Kolombia di pertandingan kedua fase grup. Jika Neymar mengakhiri perjalanannya di Piala Dunia 2014 sebagai korban dan tokoh protagonis, lain hal nya dengan insiden di Copa America 2015 ini, Neymar seolah menunjukan sisi antagonis dan emosionalnya usai Brasil kalah tipis 0-1 dari Kolombia. Neymar yang sepertinya tidak terima dengan kekalahan yang diderita Brasil terlibat adu mulut dengan Jeison Murillo dan Carlos Bacca yang berujung pada kontak fisik dan berbuah kartu merah. Perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh atlit sekelas Neymar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline