Lihat ke Halaman Asli

M Zenal Abidin

manusia yang masih banyak belajar

Domba Garut sebagai Potensi Ternak Ekspor Indonesia

Diperbarui: 30 Juni 2019   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun 2018 lalu merupakan tahun baik bagi peternak domba, sebab kabar ekspor dengan jumlah yang banyak telah muncul di berbagai berita. Diawali dengan kabar ekspor ke Malaysia sebanyak 60.000 ekor domba ekor tipis jantan dikirim dengan nilai ekspor sekitar Rp 108 miliar pada Juni tahun lalu. Tren ini dilanjutkan dengan berita pada awal Desember lalu bahwa Indonesia akan ekspor lagi, kali ini ekspor domba Garut ke Uni Emirat Arab sebanyak 300 ekor dengan nilai potensi ekspor sekitar Rp 3,04 miliar.

Tentu hal tersebut menjadi momentum bagi para peternak domba untuk dapat mengembangkan usahanya, terutama meningkatkan kualitas menjadi layak ekspor. PT Inkopmar Cahaya Buana selaku perusahaan trading yang mengekspor domba-domba tersebut, memiliki andil untuk mengumpulkan domba layak ekspor dari peternak lokal. Perusahaan ini membeli domba dengan harga per bobot hidup yang cukup tinggi dari peternak, yaitu Rp 36.500/kg.

Domba Garut telah ditetapkan sebagai rumpun domba lokal Indonesia asal Kabupaten Garut Jawa Barat pada Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2914/Kpts/OT.140/2011. Domba Garut memiliki sejumlah nilai ekonomis, yaitu sebagai ternak potong dan hobi. Domba Garut sebagai ternak hobi sudah lama digandrungi oleh masyarakat dari banyak lapisan masyarakat.

Domba Garut "jawara" memiliki nilai jual yang tinggi. Peternak domba Garut banyak menjadikan ternaknya khusus untuk memenangkan kontes. Perawatannya pun khusus dilakukan, sehingga domba Garut dapat tampil saat kontes dengan kondisi prima. Domba Garut memiliki tanduk yang besar, tajam, dan melingkar sehingga dibudidayakan oleh masyarakat pada kegiatan Seni Ketangkasan Domba Garut (SKDG).

Domba Garut atau dalam bahasa latin disebut ovis aries merupakan campuran dari perkawinan antara domba lokal dengan domba jenis capstaad dari Afrika Selatan dan domba merino dari Australia.

Domba capstaad sudah ada lebih dulu di Garut, sementara domba merino baru didatangkan ke Garut pada abad ke-19. Dari ketiga jenis domba itulah, lahir varietas baru yang kemudian disebut domba Garut. Awal mula domba garut berasal dari daerah limbangan Kabupaten Garut

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2016 menunjukkan populasi domba Indonesia didominasi oleh Provinsi Jawa Barat sekitar 69%. Di samping telah adanya pasar besar di luar negeri, produksi yang baik dari dalam negeri tentu harus diseimbangkan. Hal ini tentu menjadi kekuatan Provinsi Jawa Barat untuk tekun mengembangkan domba Garut.

Penelitian mengenai potensi domba Garut secara kuantitatif maupun kualitatif pun telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Domba Garut memiliki persentase karkas yang cukup besar hingga mencapai 49,10%. Pemeliharaannya pun cocok di daerah tropis, sebab domba memiliki tingkat kepekaan stress panas yang lebih rendah daripada sapi. Pakan yang diberikan termasuk mudah, apalagi bila menggunakan formulasi pakan yang tepat dapat mengefisienkan biaya yang digunakan.

Domba memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi. Namun, terdapat sugesti masyarakat mengenai daging domba yang bau dan menyebabkan kolesterol. Hal ini haruslah lekas dihilangkan, sebab tidak sesuai kenyataan. Daging domba harus diolah dengan baik untuk menepis sugesti tersebut sehingga dapat dikonsumsi lebih mudah di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline