Kehadiran teknologi pada zaman kita saat ini cukup memberikan dampak bagi kehidupan kita sehari-hari. Seperti yang pernah disinggung oleh Rene Suhardono (2012, 144) dalam suatu rubrik di majalah Intisari dengan judul Carpe Diem, Carpe Noctem, beliau membandingkan antara aktivitas kita di pagi hari dengan aktivitas orang tua kita di pagi hari ketika mereka masih kecil. Kalau aktivitas orang tua kita ketika mereka masih kecil adalah menghirup udara segar pagi hari, bersantai-santai di kursi bambu, atau menyapa tetangga yang lewat. Sedangkan aktivitas kita hari ini adalah sudah disibukkan dengan berbagai perilaku kriminal yang dapat disaksikan di layar TV, ditambah lagi dengan berita-berita konflik Timur-Tengah yang muncul di beranda Facebook kita, ditambah lagi dengan gosip-gosip para artis internasional yang sudah memenuhi trending topic di Twitter kita.
Sebegitu sibukkah kehidupan kita saat ini?
Lalu, apakah dengan kesibukan itu membuat kita menjadi orang yang sukses, atau orang yang lebih baik?
Saya jadi teringat dengan perkataan Caspian Woods (2013, 268) di buku The Devil's Advocate. Di buku itu beliau menyebutkan: Dunia penuh dengan orang-orang bodoh yang sibuk.
Sekarang, mari kita berpikir, wahai kawan, apakah kesibukan yang kita lakukan setiap hari ini adalah kesibukan yang produktif atau kesibukan yang sia-sia? Saya jadi teringat dengan hadits Rasulshallallahu alaihi wa sallam:
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
min husni islamil mar i tarkuhu ma la yakniihi
"Sebaik-baik Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat baginya."
Dan juga saya teringat dengan perkataan Steve Jobs: Meninggalkan sesuatu yang tidak penting adalah sama pentingnya dengan melakukan sesuatu yang penting.
Jadi, sudahkah kita memilih-milih mana aktivitas yang benar-benar penting bagi kehidupan kita dan mana saja aktivitas yang tidak penting bagi kehidupan kita?
Referensi
Majalah Intisari. Juni 2012. Internet Pengaruhnya Pada Otak. Jakarta: Kompas Gramedia