Lihat ke Halaman Asli

Pantai Losari untuk Si(Apa)?

Diperbarui: 30 September 2015   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa 29 september 2015, puluhan pedagang pantai losari berkumpul di depan Balai Kota Makassar. Di bawah teriknya sinar matahari. Kebanyakan adalah ibu ibu berumur hampir setengah abad. Mereka berteriak, menangis histeris, memohon kebaikan hati para pemimpinnya. Agar bisa diijinkan kembali berdagang di pantai losari.

Pendemo mewakili sekitar 160 pedagang kaki lima yang sejak tanggal 23 agustus diminta tidak masuk ke kawasan pantai losari. Sebagai bentuk partisipasi dan dukungan terhadap pemerintan kota. Karena Makassar akan mengelar hajatan internasional pada tanggal 7 – 10 september 2015. Pertemuan Wali Kota Asean atau Asean Mayor Forum, yang salah satu agenda kegiatannya digelar di anjungan pantai losari.

Oleh pemerintah kota, para pedagang yang terdiri atas pedagang asongan, pedagang lapak, pedagang pisang epe dan pedagang pasar minggu dijanjikan akan kembali boleh masuk ke losari pada tanggal 23 september. Otomatis selama satu bulan para pedagang boleh dibilang menganggur untuk berjualan di losari. Selama itu, pedagang tidak mendapatkan kompensasi dari pemerintah.

Setelah pelaksanaan Asean Mayor Forum 2015 sukses dilaksanakan, pedagang pun menagih janji Wali Kota Makassar. Sebab sampai tanggal 23 september, terjadi diskriminasi terhadap pedagang. Pedagang pisang epe yang memang memiliki area khusus di utara pantai losari sudah dibolehkan berdagang. Sementara ratusan pedagang kaki lima lainnya masih belum bisa masuk berjualan.

Sudah berbagai cara dilakukan pedagang. Seperti pertemuan dengan camat, lurah, dan satuan polisi pamong praja. Untuk meminta kejelasan nasib mereka pasca Asean Mayor Forum. Puncaknya, para pedagang turun aksi ke kantor Wali Kota Makassar dan DPRD Kota Makassar. Para pedagang mengaku berhak berdagang di losari. Alasannya, mereka sudah berdagang sejak pantai losari masih memiliki hamparan pasir putih.

[caption caption="Pedagang meminta diberikan ijin berdagang dalam kawasan losari (Foto : Kabarmakassar.com)"][/caption]

Semenjak reklamasi pantai losari dilakukan pada tahun 2012 oleh Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin, pantai losari sebagai ikon Makassar memang mengalami perubahan besar. Tiga anjungan yakni anjungan losari, anjungan bugis makassar, dan anjungan mandar toraja berhasil menjadi ruang publik yang ramai dikunjungi warga Makassar. Bercengkrama bersama keluarga, menyaksikan keindahan matahari terbenam, merasakan hembusan angin laut, atau menonton beragam festival serta pameran yang hampir setiap pekan digelar.

Kehadiran masjid terapung Amirul Mukminin menambah keindahan kawasan pantai losari. Patung yang menggambarkan kekayaan budaya Sulawesi Selatan juga dipajang. Mulai dari patung pejuang Sulawesi Selatan, patung kerbau, becak, dan rumah adat. Semuanya menjadi objek foto yang menarik bagi pengunjung.

[caption caption="Foto : Gocelebes.com"]

[/caption]

Sayangnya, keindahan losari ini dirusak oleh aksi beberapa oknum masyarakat. Mereka mengambil untung dengan memungut retribusi dari pedagang yang masuk, meminta biaya parkir yang mahal untuk setiap pengunjung, bahkan aksi pengamen jalanan yang sering memaksa pengunjung memberikan duit juga kerap menimbulkan perkelahian. Losari pun menjadi kawasan yang tidak ramah dalam beberapa tahun terakhir.

Atas dasar inilah, pemerintah kota perlahan melakukan penertiban dan pembenahan. Momentum Asean Mayor Forum kemarin dijadikan tolak awal membenahi pengelolaan pantai losari. Satuan Polisi Pamong Praja dibantu TNI, Polri, dan petugas kecamatan mengusir semua preman yang dianggap mengganggu pengunjung. Parkir di pantai losari juga digratiskan. Pedagang kaki lima juga tidak luput dari penertiban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline