Lihat ke Halaman Asli

Rahasia Rezeki (90): Rahasia Wajah Penuh Senyum dan Tawa

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ke pemakaman banyak orang mengiringi. Ketika di pemakaman saya melihat sekeliling, saya terkejut. Pemakaman itu penuh dengan orang. Bahkan sampai memenuhi jalan dan rumah sekitar makam. Oleh: Mochamad Yusuf* Suatu ketika saya bersama teman-teman kantor harus menemui seseorang. Kita sepakat bertemu di rumahnya. Setelah mencari dengan bertanya-tanya arah dengan orang yang bisa kita temui di jalan, akhirnya kita sampai juga ke rumahnya. Lokasinya ada di sebuah perumahan menengah meski bukan mewah atau elit. Tapi lokasinya di pojok sehingga relatif lebih luas daripada rumah sekitarnya. Tampak sebuah mobil cukup mewah terparkir di teras. Kita harus mencari-cari dimana seharusnya masuk, minimal mengetuk pintu gerbangnya, karena banyak pintu gerbang. Rumah pojok memang memiiki keuntungan dengan menghadap ke dua jalan yang berbeda. Karena lama menunggu di luar, seorang teman mengkontaknya dengan ponsel. Akhirnya sebuah pintu gerbang tampak dibuka, dan kita dipanggil masuk lewat pintu tersebut. Ternyata pintu itu langsung mengarah ke sebuah pintu rumah khusus. Bukan kamar tamu utama, tapi langsung masuk ke kamar kerjanya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya dia keluar. Dengan wajah berseri-seri dia menyambut kita, seakan-akan sudah menjadi teman lama. Selama dalam percakapan tersebut, wajahnya tetap berseri-seri. Sekali-kali dia tertawa. Dan saya perhatikan, ternyata dia gampang tertawa. Karenanya suasananya langsung hangat. Semua sekat kebekuan karena belum pernah bertemu sebelumnya menjadi cair. Dia sebenarnya seorang guru besar. Sebelumnya dia pernah menjadi kepala dinas sebuah pemerintahan kota. Sekarang dia kembali ke kampus untuk mengajar. Jam terbang mengajarnya cukup tinggi. Di surabaya sendiri dia memiliki banyak jam kuliah di berbagai PTN dan PTS. Masih ada jam mengajar di berbagai PTS/PTN di luar kota bahkan luar pulau. Bukunya sendiri sudah puluhan yang sudah diterbitkan. Kalau melihat aktivitas dan pengalaman kerjanya, bisa dibilang dia sudah termasuk orang yang sukses. Apalagi saya lihat di dinding ruang kerjanya itu terpampang berbagai piagam penghargaan. Setelah itu saya masih bertemu dengannya dalam berbagai kesempatan. Akhirnya pada suatu percakapan, dia membuka rahasia rezekinya. Yakni untuk selalu ceria, bersemangat dan tertawa. Bila kita bisa menciptakan suasana seperti ini katanya, sudah pasti akan menimbulkan kehangatan pada lawan bicara. Bila sudah demikian akan bisa menciptakan persahabatan dan kepercayaan masing-masing pihak. Lalu dia menyitir sebuah ayat suci membenarkan dalilnya ini. Kebetulan dia memang profesor di PTN agama dengan keahlian perbankan syariah. Namun ketika saya menulis artikel ini, saya cek tak menemukan ayat yang dimaksudkan. Bahkan sudah saya cek pula di hadis-hadis. Tapi apapun itu, saya setuju dengan keyakinannya. Karena jauh sebelum bertemu dengannya, saya melihat kehebatan rahasia rezeki itu pada seseorang yang sudah saya kenal sejak kecil. Yakni Ayah saya. Ayah memang hanya lulusan SD. Tak terlalu suka membaca, sehingga pengetahuannya tak banyak. Dia juga hanya seorang sopir angkutan umum. Jadi memang secara wawasan terbatas. Tapi satu hal kalau bertemu dengannya adalah kita akan gampang cepat akrab dengannya. Siapapun itu dengan berbagai latar belakang dan profesi. Entah itu tukang becak atau guru besar (Ayah dulu sempat menjadi sopir pribadi seorang guru besar PTN favorit di Surabaya). Kalau sudah bercakap dengannya, suasana hangat akan langsung terbangun. Kesimpulan akhirnya orang-orang tersebut adalah amelihat Ayah sebagai orang yang hebat. Orang yang hangat, bisa dipercaya, menyenangkan dan positif-positif lainnya. Ini nanti terbukti setelah Ayah meninggal. Ketika kita bersilaturahmi ke sanak kerabat saat hari raya, suasana yang dibangun saat kunjungan adalah sepi. Padahal timnya tetap lengkap. Paman-paman dan lainnya yang ada, tak dapat membangun suasana hangat. Sehingga di ruang tamu semuanya saling diam. Waktu terasa lama, sampai kemudian kita pamit. Dulu waktu Ayah masih ada, yang membuat suasana cair adalah Ayah. Dan Ayah yang memicu orang lain untuk ikut bersuara dan nimbrung. Terlebih Ayah dapat menimbulkan suasana segar dengan joke dan cerita lucu. Dan Ayah sering kali tertawa. Meski bagi orang lain tak terasa lucu. Sehingga waktu terasa cepat. Dan orang-orang yang kita kunjungi, keberatan kalau kita pulang. Kok cepat mampirnya, begitu keluhannya mereka. Ini ada cerita lain tentang masalah tertawanya. Dulu ketika stasiun televisi cuma satu yakni TVRI maka semua rumah dalam kampung menyaksikan acara yang sama. Karena di kampung maka rumah cukup berdekatan, sehingga akan terdengar sampai ke rumah tetangga. Tetangga sering heran mengapa di rumah saya suasana begitu ramai, sedikit-sedikit tertawa, padahal acara yang ditonton sama dan bagi mereka tak ada yang lucu di acara itu. Ya, mungkin karena Ayah yang meletupkan suasana segar sehingga kita ramai menyaksikan acara tersebut. Dan kelak keakraban yang mudah dibangun oleh Ayah itu akan terbayar lunas saat meninggalnya. Ayah meninggal pada hari jumat sekitar pukul 11. Meski begitu tak sempat dishalatkan saat shalat Jumat. Namun tetap dishalatkan di masjid dimana dia sebagai ketua takmirnya. Saat ke pemakaman banyak orang yang mengiringi. Dan di pemakaman ketika saya melihat sekeliling makam Ayah, saya terkejut. Pemakaman itu penuh dengan orang. Sepertinya tak ada ruang kosong di pemakaman itu. Penuh orang. Bahkan sampai memenuhi jalan-jalan dan rumah-rumah sekitar makam. Bahkan saya amati banyak orang yang pada dasarnya jarang mau keluar untuk bergaul dengan tetangga lain, ikutan datang. Air mata saya menetes. Ternyata banyak orang yang kehilangan Ayah. Bahkan kelak banyak orang bukan tetangga seperti penjual lumpia, penjual lontong kupang dan lainnya merasa kehilangan saat dia tahu Ayah sudah meninggal. Mereka memang bukan tetangga, tapi entah Ayah bisa pula menciptakan persahabatan meski tak menanyakan namanya masing-masing. Setelah dewasa, saya mengetahui sebuah rahasia kenapa seseorang bisa dicintai orang lain. Dan itu tak pernah diajarkan oleh Ayah secara langsung ke saya, tapi saya melihat praktek yang dilakukannya. Saya ingin menirunya, tapi sungguh ini adalah hal yang sulit. Semoga Ayah menjadi seorang yang chusnul chotimah. Amin. [TSA, 13/04/2012 subuh] ~~~ Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rezeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di http://enerlife.web.id/category/rejeki/. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun hanya setiap kelipatan seri 5 yang ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial 'Rahasia Rezeki' ini. ~~~ *Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, "Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA". Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline