Lihat ke Halaman Asli

Kasih Sayang Allah kepada hamba-Nya yang Berlumur Dosa

Diperbarui: 29 Maret 2022   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pada masa risalah Nabi Musa , ada seorang pemuda dari suku Bani Israel yang fasik (banyak melakukan dosa besar dalam hidupnya). Dia terus menerus melakukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan, hingga membuat penduduk sekitar merasa resah. Karena tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghentikan kefasikannya, mereka hanya bisa berdoa kepada Allah supaya diselamatkan dari ulah sang pemuda. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa , "Hai Musa, diantara kaum Bani Israil terdapat seorang pemuda fasiq, usir dia dari negerinya, jangan sampai api neraka menimpa seluruh penduduk, hanya karena ulah kefasikannya".

Menindaklanjuti perintahNya, Nabi Musa bergegas menemui pemuda fasik itu dan mengusirnya. Karena tidak berani terhadap Nabi Musa, pemuda itu pergi meninggalkan desa tempat tinggalnya menuju ke desa yang lain. Apakah cukup? Tidak. Allah kembali memerintahkan Nabi Musa untuk mengusirnya dari desa yang kedua, ketiga, dan seterusnya hingga dia terusir ke sebuah gurun pasir yang sangat panas. Tidak ditemukan adanya tumbuh-tumbuhan, burung-burung, hewan liar, dan mahluk lainnya.

Di tengah gurun pasir yang panas itu, sang pemuda fasik jatuh sakit dan tiada seorangpun yang mampu menolongnya. Dia terbaring lemah sambil menyandarkan kepalanya di atas padang pasir yang sangat panas. Begitu lemah tubuhnya, hingga dirinya masuk fase kritis. Sesaat kemudian dia berkata: " Seandainya ibuku sekarang memangku kepalaku ini, tentu beliau akan mengasihaniku dan menangisi kenistaanku. Seandainya ayahku ada disini, tentu beliau akan membantuku dan mengurus segala keperluanku. Seandainya istriku ada di sisiku, tentu dia akan menangisi kepergianku. Dan seandainya anak-anakku sekarang berada di sini, tentu mereka akan menagisi jenazahku dan mendoakanku dengan untaian doa, "Ya Allah, ampunilah dosa ayahku yang fasik, yang lemah, yang terusir dari satu desa ke desa lainnya, terlempar jauh ke padang pasir yang panas, hingga akhirnya terusir dari dunia ini menuju ke alam keabadian dengan membawa rasa penyesalan dan keputusasaan yang teramat dalam." 

Sesaat menjelang ajalnya tiba, tiba-tiba sang pemuda fasik berdoa, "Ya Allah, Engkau boleh memisahkan aku dari kedua orang tuaku, anak-anakku, dan istriku, tapi janganlah Engkau putuskan aku dari kasih sayang-Mu. Engkau boleh membakar hatiku, memisahkan diriku dengan orang-orang yang kusayangi sebab kefasikanku, tapi janganlah Engkau membakar diriku dengan Api neraka-Mu.

Mendengar ratapan hamba-Nya, seketika itu pula Gusti Allah mengutus satu bidadari yang menyerupai ibunya, satu bidadari yang menyerupai istrinya, dan beberapa anak yang menyerupai anak-anaknya, serta satu malaikat yang menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk di sisi sang pemuda dan menangisinya. Sesaat kemudian sang pemuda berkata, “Ini ayahku, ibuku, istri, serta anak-anakku, kalian semua datang kepadaku.” Maka hatinya menjadi terhibur dan menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam naungan kasih sayang-Nya hingga mati dalam keadaan suci dan terampuni.

Kemudian Gusti Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa “Hai Musa, pergilah ke padang pasir itu. Di tempat itu telah meninggal seorang wali (kekasih) dari beberapa beberapa wali-Ku. Datangi, urusi jenazahnya, dan makamkan dia.” 

Bergegas Nabi Musa berangkat menuju ke lokasi yang diwahyukan. Ketika sampai, betapa kaget beliau melihat jenazah itu adalah jenazah sang pemuda yang diusirnya dari negeri dan desa tempat tinggalnya. Yang lebih mengaketkan lagi, Nabi Musa melihat jenazah tersebut sudah dikelilingi oleh bidadari. Sepontan Nabi Musa bertanya : “Wahai Tuhanku, bukankah jenazah ini adalah jenazah pemuda yang telah aku usir dari negeri dan desa tempat tinggalnya atas perintah-Mu?”

Gusti Allah berfirman:

“Wahai Musa, aku telah mengasihi dan mengampuninya. Di tengah kesendirian dirinya, terusir dari negerinya, dan terpisah dari Ayah, Ibu, istri dan anak-anaknya, saat dia menderita sakit dan merintih kesakitan, ternyata dia masih mengadu kepada-Ku. Oleh karena itu, aku mengutus satu bidadari yang menyerupai ibunya, satu bidadari yang menyerupai istrinya, serta malaikat yang menyerupai ayahnya. Bahkan mereka betul-betul merasa iba pada kondisi pemuda itu. (Ketahuilah Musa) apabila ada seseorang penduduk bumi mati dalam keterasingan, maka penghuni langit dan bumi akan menangisinya karena merasa iba. Kalau mereka semua bisa merasa iba dan sayang, bagaimana Aku tidak menyayanginya, sementara Aku sendiri adalah Tuhan yang paling penyayang diantara para penyayang?”

HIKMAH :

1. Saudaraku.. Merintihlah.. mengadulah.. Kita betul-betul diperintah untuk melakukannya. Karena Gusti Allah adalah Dzat yang Maha Sayang. Dzat yang amat sangat sayang kepada Makhluk-Nya.. Menangislah dalam sujud kita, dalam sakit kita, dalam pedih dan perih kita..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline