Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yulian Mamun

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin

Masjid Al Mansyur: Aksi Nekat di Atas Menara

Diperbarui: 22 November 2015   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Masjid Al Mansyur. Foto koleksi pribadi"][/caption]

Dengan lihai saya miringkan badan ke kanan ke kiri. Pinggul pun kadang saya putar beberapa puluh derajat agar bisa berkelit di antara gerombolan manusia yang lalu lalang. Tak ketinggalan kerap kaki saya angkat sebelah guna hindari lindasan ban sepeda motor yang tak punya mata itu.

Kawasan Pasar Mitra di Jembatan Lima, Jakarta Barat ramai seperti biasanya. Sore ini, beberapa pedagang kaki lima sudah mulai menggelar lapaknya, makin menambah kusut kondisi jalan. Barisan mobil merayap pelan, mengular hampir satu kilometer panjangnya.

Asap dari knalpot mengapung di udara membawa jutaan partikel karbon dan timbal. Zat berbahaya ini kemudian masuk ke paru-paru dan membonceng darah ke setiap urat tubuh. Efek buruknya memang tidak langsung terasa, tapi beberapa tahun kemudian jika asap itu rutin masuk ke badan akan menurunkan daya tahan tubuh hingga kualitas sperma!

Ibu-ibu di dalam angkot warna biru muda tak peduli. Semua sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri sambil mendekap sayuran yang menyembul dari kantong plastik warna hitam. Sedangkan ibu-ibu yang lain duduk cekikikan di dalam mobil berpendingin udara sambil gesit menekan layar telepon genggam. Tampaknya ada percakapan seru dengan orang di seberang sana.

Lain lagi dengan para pengendara motor yang melaju lincah mencari celah untuk lolos dari kepadatan ini. Karena gaya mengemudinya yang sembrono, kendaaran beroda dua ini sering menyerempet mobil pick-up yang sedang mengisi muatan di pinggir jalan. Maka, keluarlah sumpah serapah dari sopir pick-up. Empunya motor tak peduli, dengan santai ia melenggang seakan tak terjadi apa-apa.

Hampir saja saya limbung di tengah kesemrawutan ini. Untung bau khas sayuran yang bertumpuk-tumpuk di pelataran toko membawa aroma segar. Kontras dengan kondisi jalan yang sumpek. Yang paling saya suka adalah bau bayam dan sawi yang diikat rapi dijejer sedemikan rupa. Bongkahan tanah pun masih sedikit menempel di akarnya. Pasar ini memang salah satu pusat sayur-mayur di Jakarta. Sayuran yang didatangkan dari perkebunan di sekitar Jakarta menampilkan semarak warna-warni. Hijaunya sawi, merahnya cabe dan tomat, putihnya bongkahan kubis, sampai ungunya terong.

Di keramaian yang riuh rendah itu berdiri Masjid Jami Al Mansyur. Terletak di Jalan Sawah Lio, agak tersembunyi dari jalan raya. Masjid ini hampir tidak punya pekarangan lagi kecuali sepetak di bagian samping. Itupun sebagian besar dipakai sebagai pemakaman, saung peristirahatan dan kebun tanaman obat.

Apa istimewanya masjid ini hingga saya rela menyusuri kawasan padat Jembatan Lima? Menurut sejarah pada tahun 1186 H/1772 M Syekh Arsyad Al Banjari, ulama besar dari kampung halaman saya Kalimantan Selatan membetulkan kiblat masjid ini. Syekh Arsyad memutar kiblat sekitar 25 derajat ke arah kanan. Jadi sebagai bentuk penghormatan kepada syekh Arsyad, saya mencoba menapak tilas peninggalan beliau. Selain masjid ini, dulu beliau juga membetulkan kiblat masjid Pekojan dan masjid Luar Batang.

[caption caption="Soko guru dan kiblat yang miring. Foto koleksi pribadi."]

[/caption]

Dan terbukti saya lihat arah kiblat di masjid ini agak mencong ke kanan, tidak mengikuti arah bangunan. Kondisi kiblat yang miring ini mirip Masjid Cut Meutia yang bekas kantor Belanda di Jakarta Pusat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline