Belakangan ini transportasi umum sedang marak dijadikan pilihan utama bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk bepergian. Sebenarnya transportasi umum di Indonesia sudah cukup lama ada, seperti TransJakarta yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Sutiyoso, pada tahun 2004 silam atau Bus Suroboyo yang diresmikan belum lama ini pada tahun 2018. Meskipun pesawat komersil, bus antar provinsi, dan kapal laut termasuk sebagai transportasi umum, tetapi yang akan lebih banyak dibahas adalah transportasi umum dalam kota seperti bus feeder, MRT, Kereta Komuter Listrik, dan lain sebagainya.
Kenapa transportasi umum sangat penting, terlebih lagi untuk kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan lainnya. Hal yang pertama tentunya adalah keterjangkauan, di kota besar dengan penduduk yang banyak sudah seharusnya tersedia transportasi umum yang mampu menjangkau banyak wilayah. Dengan terjangkaunya banyak wilayah, masyarakat dapat bepergian dengan nyaman tanpa harus bergantung dengan kendaraan pribadi. Apabila kita mengambil contoh dari Singapura, meskipun negaranya kecil, pemerintahnya memberikan banyak pilihan moda transportasi umum untuk masyarakatnya, mulai dari bus BRT, maupun MRT dan kedua moda juga memiliki rute yang saling melengkapi sehingga seluruh wilayah Singapura dapat dijangkau dengan transportasi umum.
Hal yang kedua adalah kenyamanan. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek ekonomi, tentunya menggunakan transportasi umum bisa sangat jauh lebih murah dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Tarif kereta Commuter Line Jabodetabek adalah Rp3.000,00 untuk 25 kilometer pertama dan Rp1.000 untuk setiap 10 kilometer selanjutnya, tarif bus TransJakarta adalah Rp3.500, tarif MRT Jakarta berkisar antara Rp3.000--Rp14.000, dan tarif Bus Suroboyo sendiri adalah Rp5.000 dan ada potongan untuk pelajar dan mahasiswa sebesar Rp2.500, sedangkan harga bensin sendiri per liternya adalah Rp12.950. Melihat tarif transportasi umum tadi, dapat dilihat bahwa menggunakan transportasi umum bisa jauh lebih murah daripada menggunakan kendaraan pribadi, Dari aspek kenyamanan, transportasi umum sekarang sudah jauh lebih nyaman dibanding tahun 2000an atau 2010an, kenyamanan juga menjadi faktor yang besar untuk menarik penumpang dan sudah menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah dan pihak penyelenggara transportasi dalam membangun pelayanan yang maksimal bagi para penumpangnya.
Hal ketiga, yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah adalah integrasi. Integrasi ini sangat diperlukan masyarakat untuk bepergian. Tentunya untuk menjangkau seluruh wilayah kota tidak dapat menggunakan satu jenis moda transportasi umum saja, melainkan diperlukannya integrasi antar moda transportasi umum kota. Salah satu contoh yang bisa kita ambil adalah Jakarta. Terdapat kurang lebih empat transportasi umum yang terdapat di Jakarta, seperti MRT, LRT, TransJakarta, dan KAI Commuter. Dari keempat moda tersebut, tentunya mereka memiliki arah tujuan yang berbeda. Dengan itu, untuk mencapai tujuan akhir, melakukan transit antar moda transportasi adalah hal yang lumrah bagi pengguna transportasi umum. Yang menjadi poin utama adalah, pemerintah yang memberikan fasilitas untuk transit tersebut, contohnya dalam kawasan Cakra Selaras Wahana (CSW) yang terletak di kawasan Kebayoran Baru, adalah stasiun transit yang mengintegrasikan Halte TransJakarta CSW 1, CSW 2, ASEAN, dan Kejaksaan Agung dengan stasiun MRT ASEAN. Karena letaknya yang strategis, penumpang dapat dengan aman dan mudah untuk berpindah moda transportasi, dan karena letaknya yang strategis, penumpang juga bisa melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki ke arah Blok M. Contoh lain dapat kita lihat pada kawasan Dukuh Atas yang menjadi kawasan paling ramai untuk pengguna transportasi umum, secara kawasan ini menghubungkan Stasiun KRL Sudirman, Stasiun KRL dan Kereta Bandara BNI City, Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Halte TransJakarta Dukuh Atas, dan yang paling baru Stasiun LRT Dukuh Atas. Meskipun dalam kawasan itu tidak terdapat bangunan seperti CSW, kenyamanan penumpang ditunjukan dengan kawasan bebas kendaraan yang membuat area itu aman bagi pejalan kaki untuk berpindah moda transportasi. Dulunya, kawasan Dukuh Atas adalah daerah yang sangat padat dan rawan untuk macet di jam sibuk, namun hal itu diubah ketika kawasan itu dibenahi dan mengubah sistem lalu lintas untuk mengitari kawasan Dukuh Atas dan tidak melewatinya.
Meskipun dari tiga hal itu telah disebutkan, masih banyak daerah yang enggan atau mungkin merasa bahwa daerahnya tidak perlu transportasi umum, namun hal itu tentunya sangat mudah untuk dibantahkan. Sejujurnya memiliki wilayah yang memfokuskan pembangunannya untuk kenyamanan mobil bukanlah hal yang ideal, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa penambahan ruas jalan atau penambahan jalan tol bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Kenapa demikian? Dengan menambahkan ruas jalan, tidak berpengaruh banyak untuk mengatasi kemacetan di tengah kota, karena mengingat jumlah mobil kian bertambah tanpa regulasi yang jelas mengenai pembatasan kepemilikan kendaraan. Solusi yang tepat adalah untuk membangun kebiasaan masyarakat untuk lebih sering bepergian dengan transportasi umum, karena satu unit bus bisa mengangkut sekitar 20 lebih orang, dibanding satu mobil yang bisa membawa satu sampai dua orang dan bahkan umumnya mobil-mobil pribadi hanya diisi oleh satu orang. Transportasi umum di Indonesia memang belum sempurna, dari segi ketepatan waktu, jumlah armada, dan jangkauan rute, namun disinilah seharusnya pemerintah Indonesia bisa melihat kesempatan ini untuk berbenah. Karena sejatinya dalam kota-kota metropolitan, kelayakan transportasi umum adalah aspek yang sangat penting bagi masyarakatnya.
Kenobi Akmal Gusdianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H