Setinggi - tingginya ilmu yang kita kuasai, adalah ilmu yang mampu diterapkan dan membawa manfaat, minimal untuk diri kita sendiri, menyelesaikan persoalan hidup kita sehari - hari .
Itu sudah menjadi salah satu keyakinan dan perisnip yang saya pegang sejak lama dan akan terus bertahan sampai kapanpun. Buat saya, kalaulah saya tidak mampu memberikan manfaat untuk orang lain, maka minimal saya bermanfaat untuk diri saya sendiri. Sehingga dengan demikian, kecil kemungkinan bagi saya untuk merepotkan dan membebani orang lain. Setidaknya pada masa dimana saya hidup sebagai orang dewasa.
Halo teman - teman kompasianer, kita bertemu lagi. Kali ini saya mau bercerita dan curhat lagi. Namun sebenarnya ini lebih tepat hanya sebuah dairy saja. Tapi karena saya suka berbagi cerita, maka saya harap, tidak ada salahnya saya membagikan dairy.
Sekedar untuk diketahu saja, tidak semua dairy saya, saya bagikan. Hanya beberapa yang menurut saya perlu dan memang layak untuk dibagikan.
By the way, sebelumnya mohon maaf kalau paragraf diawal tadi, saya terkesan congkak dan sok - sokan. Seolah - olah saya orang berilmu. Padahal mah, jangankan ilmu, belajar saja saya sangat sulit untuk melakukannya. Apa yang sering saya katakan, bukan datang dari pikiran saya, tapi saya dengar dari orang lain. Tapi ya begitulah, orang juga mengatakan bahwa justru kita mendapati kecerdasan kita melalui karya orang lain. Apakah itu dengan membaca, melihat atau mendengarkannya. Jadi saya merasa cukup fair untuk hal ini. Waduh, sombongnya makin menjadi - jadi.🤧🤧
Baiklah, daripada lama bertele - tele diawal, mari kita langsung saja menyimak seperti apa cerita yang saya bagikan kali ini!.
Nah man - teman, saya sekarang itu kan kerja di salah satu pabrik sepeda. Lebih tepatnya adalah tempat perakitan sepeda pancal. Semua sepeda yang dirakit disini, menggunakan komponen atau spare part dari luar negeri termasuk beberapa peralatan dan mesin produksi. Saya sendiri belum genap setahun kerja disini, dan posisi saya ada di devisi velg, yaitu bagian yang mengerjakan khusus velg sepeda.
Untuk yang ditempat saya bekerja, kami menggunakan istilah lokal untuk menyebut komponen - komponen, khususnya komponen atau spare part yang divisi saya kerjakan, diantaranya yaitu velg kosong, jari - jari velg, niple dan bos atau yang nantinya juga disebut sebagai as dari sebuah velg. Jadi komponen - komponen ini, benar - benar baru akan disatukan atau di rakit disini.
Adapun langkah kerjanya kurang lebih seperti ini. Pertama -tama, jari - jari akan dimasukan ke dalam bos atau yang nantinya disebut sebagai as ( center sebuah velg ). Ujung jari - jari yang satunya ( yang memiliki drat ) akan dimasukan ke setiap lubang pada velg. Niple berfungsi untuk merekat atau menghubungkan keduanya. Nantinya, velg yang sudah di rangkai setengah jadi ini akan diteruskan ke proses selanjutnya yaitu dipress di bawah mesin bertenaga hidrolik. Setelah dari sini barulah velg itu, setelah melalui tahap QC ( Quality Control ) siap dipasang pada sepeda.
Inti cerita kita kali ini ada pada mesin press ini. Kami biasa hanya menyebutnya sebagai mesin press atau mesin tightening. Mesin ini memiliki empat jarum yang berfungsi untuk mengencangkan jari - jari pada velg. Keempat jarum memutar niple ( yang bisa dibayangkan seperti baut pengunci ) sehingga jari - jari velg menjadi kencang alias tidak ecek - ecek.