Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Patrio

Pekerja Harian Lepas

Nyanyian Kerinduan Sang Pengembara

Diperbarui: 8 September 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari sebuah syair yang minta tuk diberi judul

Kutorehkan kata - kata yang disusun dengan amburadul;

Nyanyian Kerinduan  Sang Pengembara


Bagaimana dengan judul itu, sobat?

Apa kau menyukainya?

Ah, maaf jika kau tak suka

Sebab aku bukanlah penyair atau seorang pujanngga

Yang pandai dalam merangkai kata - kata


Juga bukan seorang pemikir ulung yang paling terkemuka

Yang mampu menyelami makna dalam setiap kata

Tapi itu bukan alasan untuk aku tak sepakat denganmu, bukan?

 
Yah, aku akan kembali

Dan meski bukan sebagi seorang penyair

Aku tetap akan kembali


Mungkin hanya untuk sebatas " wali dia " seperti katamu

Tapi memang begitulah Manggarai

Tidak cukup dengan "one mau de daku nai"

 
Dan tentang kopi pahit itu

Aku masih menyimpan banyak tanya

Akan jutaan rasa yang kala itu terseduh bersama

Dalam gelak tawa yang selalu hadir

Saat "lejong" coba menyapa malam yang "kamer"


Karena sekarang, dalam cangkir yang sama

Yang sedikit mulai retak dan tak bergagang

Pengembaraan ini memaksa untuk coba menyeduh

Kopi yang kala itu enggan tuk ku sentuh

 
Maka untuk setiap "teing hang "yang akan datang

Kan ku usahakan tuk selalu "manga ranga"

Bersama menitipkan doa pada Sang Hiang
Agar kelak bisa dengan latah berkata

"Toe reweng kanang, hoo wae kolang"

Karena "duat gula wee mane "

Kini telah tiba

Pada setiap"toing agu titong"

"Kudut hape hang mane agu kier hang wie".

Surabaya, 8 september 2024

Patrio




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline