Pernah gak sih, mengalami situasi dimana kita terjebak dalam suatu kebiasaan? Terutama apabila itu adalah kebiasaan buruk yang bersifat adiktif serta susah untuk di kontrol atau dikendalikan.
Kita ambil contoh misalnya adalah kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula tinggi ( manis - manis).
Atau mungkin kebiasaan lain seperti suka rumpi dan bahas hal - hal yang cendrung negatif. Apakah itu adalah membicarakan orang lain, membahas hal - hal jorok, yang sekali lagi, semua ini membuat kita senangnya bukan main. Dan apabila kebiasaan - kebiasaan itu tidak dilakukan, maka akan membuat hari - hari kita menjadi tidak bahagia dan pikiran mungkin terganggu dan kacau balau.
Dari banyak contoh kebiasaan diatas itu, kita coba susutkan lagi satu contoh yang paling lumrah kita jumpai dalam masyarakat umum, sebagai gambaran untuk menjelaskan topik besar dalam pembahasan ini yaitu kebiasaan merokok.
Sebagai orang yang juga berkebiasaan merokok, saya merasakan banyak sekali kenikmatan dan yang ditawarkan oleh barang satu ini. Saat pikiran kita sedang sumpek, lalu kemudian kita menyabet sebatang rokok, maka saat itu juga semuanya terasa mengalir lancar, tanpa beban.
Perasaan atau kondisi yang dihadirkan saat kita merokok diatas merupakan konsukuensi atau akibat langsung dari suatu tindakan atau keputusan. Singkatnya, ini kita kenal dengan first order thingking. Ada Masalah - Soulusi - kemudian Hasil. Cukup efisien karena cepat dan mudah yaitu hanya memikirkan hasil atau konsukuensi secara langsung. Namun, dalam menghadapi masalah kompleks, sepertinya kita harus beralih ke opsi kedua yang lebih efektif. Dengan catatan, tidak dalam kondisi atau masalah yang urgen dan mendesak.
Second Order Thingking, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang atau dampak kedua dari suatu keputusan atau tindakan. Meskipun second order thingking harus melibatkan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh, tapi ini sangat efektif. Bukan hanya hasil dari suatu solusi atau tindakan yang dipikirkan tapi juga efek samping dari solusi atau tindakan yang digunakan, akan kelihatan. Singkatnya, second order thingking akan mengungkap konsukuensi tersembunyi saat kita membuat suatu keputusan.
Kita kembali ke contoh masalah kebiasaan merokok diawal tadi. Misalkan saya memiliki masalah atau problem pikiran yang sangat rumit. Entah karena masalah keluarga, masalah hubungan atau masalah pekerjaan. Untuk menenangkan pikiran, saya kemudian mengambil sebatang rokok dan segelas kopi ( sesuai kebiasaan saya). Beberapa saat kemudian, semuanya jadi disappear. Mengalir begitu saja dan saya bisa memutuskan untuk mengambil tindakan apa untuk masalah yang sedang dihadapi.
Namun, apabila kita menghadapi masalah - masalah itu dengan menggunakan cara berpikir second order thingking, maka kita akan menemukan efek kedua dari solusi yang kita gunakan.
Untuk sesaat, merokok memang dapat menenangkan pikiran karena zat nikotin yang dikandungnya. Namun, dalam jangka panjang aktifitas merokok itu kemudian dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada paru - paru, gangguan pernapasan, menyebabkan penyakit jantung dan bahkan stroke. Belum lagi efek riaknya terhadap lingkungan dan orang - orang disekitar kita.
Jika teman - teman merasa penjelasannya njlimet dan bertele - tele, teman - teman bisa mengambil kesimpulan sendiri secara singkat bahwa , second order thingking akan mengungkap konsukuensi tersembunyi disetiap kita membuat keputusan.