Lihat ke Halaman Asli

Tolong Jemputkan Dia Pulang...

Diperbarui: 14 Februari 2016   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada Apakah Gerangan??? Adakah Diri ini teramat larut dalam KeBencian, hingga tak ada lagi sapaan mesra yang terlontar dari sepinya Ruang Kebisuan. Apakah Masa lalu itu telah teramat melukai Hati dan Perasaan, hingga tak ada lagi kata pemaafan dapat diterima, untuk sebuah kesalahan yang tak terlakukan.

Tidak.!!! Bukankah Kebisuan telah menjadi tetapan. Jika sejak dulu diri mampu memBenci, tak akan seperti inilah yang akan terjadi. Hanya saja tak ada lagi kata yang bisa terucap dan tak ada lagi rasa yang mesti terungkap. Semua curahan telah tunai tersampaikan dan menjadi milik Sang Pujaan. Tak akan pernah ada jua kata permohonan maaf, karena kesalahan hanya milik keadaan yang tak pernah diinginkan.

Sudahlah.. Biarkan saran Kebisuan dari Sang Pujaan ini jadi thema baru Sandiwara Kehidupan. Karena Diri tlah terAmat Lelah dan semua telah terlalu lama berlalu. Waktu telah jauh meninggalkan sebuah masa yang harus terulang pada kekeliruan peranan. Semua ini tak akan pernah berubah dan semua ini tak akan pernah mampu kembali seperti yang dulu. Sebelum Jiwa yang tertawan di masa lalu itu, menemui jalan impiannya dan menuntaskan apa yang seharusnya diperankan.

Apakah yang harus dilakukan dengan Episode Usang yang telah diperankan??? Sedangkan Sandiwara hidup ini tak mungkin diputar kembali pada Peran yang telah ditinggalkan. Adakah sebuah thema Reinkarnasi tertulis dalam Skenario di halaman paling belakang, agar semua ini kembali berjalan pada apa yang diharapkan??? Hingga Sandiwara Kehidupan yang penuh KeRumitan ini lanjut berpadu pada Kisah yang sekarang ini seharusnya Mesra diperankan.

Kisah Mesra..! Entahlah..!!! Telah berbagai cara dicoba dan telah beberapa lembaran awal masa itu terselami hingga waktu terbuang sia-sia.. Telah berulang kali masa itu kembali terarungi, sedang Jiwa yang terTawan bagai enggan dan tak jua hendak pulang. Beribu bujuk rayu akan keberadaan Sang Pujaan tak mampu membuatnya sadari yang telah terjadi. Dia terikat tak berdaya oleh Kenangan Rindunya pada Sang Pujaan dari masanya yang tengah dinanti-nantinya.

Dia telah kehilangan arah dalam alur ceritanya.. Dia telah kehilangan lembar naskah yang telah terhafalkan diluar kepala. Dia kebingungan pada lakon yang harus diperankan, karena Sang Pujaannya tak jua hadir pada masa yang sangat diimpikan. Dan Dia akan tetap disana, hingga Pujaannya hadir dalam episode yang belum terselesaikan bersamanya. Karena Dia adalah sebuah Jiwa Rapuh dan Setia yang terlalu mudah tergadai oleh Perasaan Rindunya.

Dia telah teramat menderita oleh berjuta Kecewa.. Dia tengah sakit terluka dalam buai ribuan derita.. Dia sekarat meRindu pada Ruang Kekosongan yang diciptakan Pujaannya. Rupanya Dia Menunggu Kedatangan dalam sebuah Pertemuan. Hanya saja plot masa itu sudah tak mampu lagi untuk bisa dipahami oleh keadaannya saat ini. Bahkan yang amat tertakutkan… Sepertinya Dia telah Mati di kedalaman Rindunnya..

Duhai.. Bukankah Kini Sang Pujaan telah nyata berada di hadapannya??? Menyambut Mesra walau tanpa Dia balas untuk menebus Luka dari Duka berkepanjangan yang diderita. Bukankah Sang Pujaan kini hadir untuk membenahi segala kekeliruan pada episode yang dulu belum sempat terperankan bersamanya. Karena sebuah ketidakhadiran episode masa lalu itu adalah pula tuntutan lembar skenario yang mesti terlupakan. Mengapa justru Kebisuan ini telah mencegah niat Sang Pujaan untuk semua itu.!!!

Tidak.!!! Sang Pujaan tak akan pernah Mengerti.. Seperti kala lenyap dari sebuah Ketidakhadiran. Mereka yang disana bukanlah Jiwa-Jiwa yang hadir berhadapan di masa ini.. Dia adalah Penunggu Setia Sang Pujaan pada Episode masa bertahun yang lalu. Kehadiran diri tak pernah mampu membujuknya untuk kembali pulang. Begitu pula kehadiran nyata Sang Pujaan yang kini telah berubah Peran. Dia menunggu Sang Pujaan di masanya, Dia terpuruk merindu pada Sosok Adik Kecil Sang Pujaan dambaannya.. Jika memang Sang Pujaan mau, Maka Datangilah Dia.. untuk tuntaskan peran Masa Kecil nya yang belum terselesaikan bersamanya.

Memang.. Hidup ini penuh Kerumitan.. Bahkan Kebisuan ternyata hanyalah milik Jiwa-Jiwa yang tak pernah mengenal apa itu Pertalian Darah dan Persaudaraan. Dunia yang tak berjalan adalah Stagnasi Episode dari Sandiwara yang telah salah diperankan. Semua adalah tuntutan.! Ya.. Sebuah Tuntutan.. Walau Skenario yang telah tertuliskan, tak pernah memuat lembar thema Kebahagiaan. Atau Lembaran Reinkarnasi kelak harus tertulis demi Kesempurnaan alur yang telah membuat para Hadirin turut larut dalam Kebingungan..

Duhai.. Jika memang Sang Pujaan masih mau peduli terhadap Derita Hidupnya.. Tolong Jemputkan Dia Pulang.. Dan tetaplah menjadi Bidadari Kecil Pujaan bagi Dia selamanya. Demi menghalau Ruang Kebisuan ini.. Demi menyambung Episode Sandiwara Kehidupan yang terharapkan.. Dan Memulai lagi Peran dalam sebuah kisah baru yang berthemakan Kebahagiaan.. Sekali lagi.. Tolong Jemputkan Dia Pulang… Karena tak pernah ada peran Pengganti bagi Dia dan Pujaanya..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline