Lihat ke Halaman Asli

Nonton Drakor, Publik Jadi Kekoreaan

Diperbarui: 12 Februari 2023   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Drama Korea yang sering atau lebih dikenal dengan sebutan Drakor merupakan jenis serial yang berasal dari Korea Selatan dan tayang di berbagai platform media. 

Di zaman yang serba mudah dan cepat seperti sekarang ini, masyarakat menjadi lebih  mudah dalam mengakses internet, dengan itu juga lebih mudah mencari tayangan-tayangan menarik di televisi maupun di aplikasi-aplikasi video streaming lainnya melalui handphone dan perangkat sejenisnya. 

Beberapa tahun terakhir ini, dapat kita lihat dan amati bahwa penonton Drakor, khususnya di Indonesia sendiri meningkat. Apalagi dengan adanya pandemi yang melanda, mobilitas masyarakat yang sempat terhambat untuk beberapa beberapa waktu membuat banyak orang mau tidak mau bekerja, bersekolah, dan beraktivitas dari rumah (kerja jarak jauh) sehingga orang-orang lebih memiliki fleksibilitas waktu bekerja. 

Banyaknya waktu yang dihabiskan orang-orang di rumah membuat serial drama semakin diminati sebagai hiburan juga untuk menghabiskan waktu di rumah. Kebanyakan episode serial drakor yang ditayangkan secara periodik juga meningkatkan rasa penasaran penonton akan ceritanya sehingga penonton rela menunggu-nunggu tayangnya episode berikutnya.

Banyak dan beragam alasan mengapa seseorang menonton drama Korea. Ada yang menonton karena tertarik dengan alur cerita yang ditawarkan, karena tertarik untuk melihat aktor atau aktris menawan yang memainkan peran dalam drama tersebut, ada juga yang tertarik menonton drakor karena pengaruh orang di sekeliling mereka. 

Jika alasan menontonnya saja sudah berbeda, orang-orang tentu memiliki selera cerita atau genre kesukaan yang berbeda-beda juga. Berdasarkan survei kecil yang saya lakukan terhadap orang-orang disekitar saya, banyak yang memilih horor, misteri, dan aksi sebagai genre drama Korea favorit mereka. 

Tidak ketinggalan, genre yang paling banyak diminati dan dipilih sebagai genre favorit tak lain dan tak bukan, genre romansa. Sebuah genre yang sering kali menjadi sorotan dan menjadi “ciri khas” drakor itu sendiri.

Perkembangan drama Korea ini tentu meberikan dampak, baik positif, juga dampak negatif. “Sebenarnya dengan drakor kita dapat belajar budaya asing, namun jika terlalu fanatik maka hal ini tidak baik,” respon salah satu responden pada formulir survei daring yang saya buat. 

Ada juga yang menjawab cukup panjang dan mendetail “Menurut saya dengan berkembangnya drakor memberikan dampak yang positif. Karena kita mendapatkan beberapa manfaat seperti belajar bahasa Korea, menjadi sarana hiburan, mendapatkan pelajaran dari drama yang kita tonton tetapi juga dapat berdampak negatif. Karena terlalu mengikuti tradisi Korea, dan dapat menghilangkan kebudayaan lokal.

Sering kali, drama Korea, khususnya drama dengan alur cerita yang lebih santai seperti romansa juga menampilkan adegan-adegan yang menunjukkan keseharian serta kehidupan orang-orang di Korea. 

Jika hal tersebut semakin banyak atau sering menjadi konsumsi publik, maka hal itu dapat membuat banyak orang tertarik dengan gaya hidup kekoreaan dan menyebabkan perilaku masyarakat yang lebih konsumtif terhadap hal-hal yang berbau Korea. 

Dengan pengamatan dan observasi terhadap lingkungan sekitar serta orang-orang terdekat yang juga menonton drama Korea, mereka cenderung lebih menjadi lebih perhatian terhadap hal-hal berbau Korea. 

Sebagai contoh, ingin memakai dan membeli pakaian-pakaian ala drakor, ingin mencoba makanan yang ditampilkan dalam suatu adegan yang viral dan ikonik, membeli alat-alat buatan Korea, dan lain sebagainya. Seseorang yang terlalu fanatik dapat menyebabkan perilaku konsumtif yang berlebihan.

Tapi di sisi lain, banyak juga hal-hal positif yang dapat kita ambil dari drakor itu sendiri seperti yang diungkapkan seorang pengguna Twitter, “Kayaknya hampir semua drakor deh. I mean, dari nonton drakor akhirnya jadi belajar buat ngelihat dari banyak perspektif + dapet ilmu baru juga..” tulis akun @goodsoop pada, Kamis (11/03/2021). 

Ada pula responden survei yang menjawab “Ya, karena dapat memberi motivasi belajar, mendapat pengetahuan baru, mengenal budaya pendidikan Korea Selatan, adanya semangat untuk mengikuti program beasiswa ke Korea Selatan dan belajar bahasa baru.” 

Bila kita perhatikan juga, sebenarnya dengan adanya drakor ini juga membuat publik lebih perhatian terhadap gaya berpakaian, atau istilahnya, membangkitkan fashion sense, perhatian terhadap pemilihan makanan, perawatan kulit (skin care), serta berbagai healthy lifestyle lainnya yang banyak ditunjukkan dalam drama Korea.

Pada dasarnya semua tren yang ada dan terjadi memiliki banyak sekali pro kontra di dalamnya, setiap tren itu juga berpengaruh terhadap perilaku kita sebagai konsumen media. Entah itu menjadi pengaruh baik atau buruk bagi kita, hal tersebut kembali lagi kepada diri masing-masing, bagaimana cara seseorang menyikapi tren tersebut. Semoga bacaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline