Lihat ke Halaman Asli

Rr.Isyamirahim

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Alena dan Segelas Americano Ice

Diperbarui: 8 Juli 2023   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menghembuskan nafas berulang kali, sudah hampir sepuluh kali teleponmu pasti berbunyi, tetapi sama dengan beberapa menit yang telah berlalu sebelumnya,  kau masih saja tidak mau mengangkat panggilan dariku. Aku hanya dapat mendengar bunyi panggilan menunggu, tidak ada lagi terdengar suara manja darimu, yang biasanya terdengar dari telingaku ketika kau menjawab teleponku. 

Alena, kau dimana sih ? Mengapa rasanya sulit sekali menghubungimu hari ini, pikirku jengkel setengah khawatir. 

Tentu saja aku tidak mencemaskan keberadaanmu saat ini, kau pasti akan selalu baik-baik saja. Karena kau wanita tangguh dan pemberani yang pernah ku kenal, yang ku takutkan adalah bahwa kau memang sengaja tak ingin menjawab panggilan dariku, sengaja menghilang setelah pertengkaran kecil kita kemarin. Tentu saja itu bukan hal yang bagus, kau tak pernah seperti ini. Sikapmu selalu santai, tak pernah mempermasalahkan hal-hal kecil seperti ini, tentu saja kau tahu, ini adalah hal yang remeh-temeh dalam hubungan kita. Sudah hampir dua tahun kita menjalani hubungan ini, dan semua kita dapat lalui bersama bukan ? Kerikil yang selalu menghambat kita berjalan, dengan mudahnya kau buang dari sepatumu maupun sepatu ku. Tak pernah berniat berhenti sejenak, untuk membuang kerikil di sepatu kita, tetapi kau dengan mudahnya menyingkirkannya, hingga tak membuat langkah kita terhenti. 

" Sam, kenapa ? Kau terlihat murung ? " tiba-tiba seorang teman menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh kaget ke arahnya, kemudian kembali menatap layar ponselku lekat-lekat. Sudah 15 kali panggilan sekarang, dan ia tak kunjung juga menjawab teleponku. 

" Ada apa ? " Andrean, temanku yang baru saja mengejutkanku itu, bertanya sambil ikut menatap layar ponselku. 

" Alena .... dia tidak bisa dihubungi .... aku sudah menelponnya beberapa kali, tetapi dia tidak menjawab teleponku juga ... " 

" Mungkin sedang sibuk .... " ucap Andrean sambil duduk di sampingku. Aku masih saja sibuk memijit tombol ponselku, kemudian menunggu suara Alena terdengar dari ujung telepon, tetapi sama seperti tadi, sia-sia. 

" Kalian bertengkar ? " tanya Andrean setelah selesai memesan makanan pada mbok Dar, salah satu pemilik warung kantin di kampus ini. 

" Aku merasa tidak, mungkin dia merasa iya ... " ucapku lemas, akhirnya menyerah. Ku letakan ponsel genggamku di atas meja panjang kantin. Kantin kampus siang ini nampak sepi, mungkin karena minggu tenang, karena minggu depan akan diadakan ujian akhir semester. 

" Tentang .... ? " Andrean menatapku, menunjukan rasa penasarannya. Ia mengucapkan terima kasih kepada mbok Dar yang memberikan segelas es teh manis kepadanya, menyeruput es teh manisnya sebentar, lalu menoleh ke arahku lagi. 

" Kemarin Cindy mampir ke kost ku, hanya di teras rumah ibu kost saja. Kemudian tiba-tiba Alena datang, dan .... hingga sekarang, ia tidak mau mengangkat teleponku ... " 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline