Potret kesehatan secara nasional menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Pada tahun 2011 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan melakukan riset mengenai kondisi kesehatan dari aspek fasilitas kesehatan di seluruh pelosok negeri.
Hasilnya menunjukan bahwa dari 9.005 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia, tidak semuanya melakukan upaya kesehatan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas yang berupaya mensosialisasikan arti pentingnya kesehatan bagi masyarakat rupanya hanya mencapai angka 34 persen, upaya kesehatan lingkungan 18,2 persen, kesehatan ibu 58,7 persen, kesehatan anak 60 persen, Keluarga Berencana 32,2 persen, dan perbaikan gizi sebanyak 45,8 persen.
Dua Fakta tersebut mengandung arti bahwa upaya penerapan kesehatan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat tidak berjalan secara maksimal. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan upaya reformasi dan transformasi dunia kesehatan di Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang sehat secara keseluruhan.
Pernah melihat atau bahkan merasakan saat sakit dan berobat di klinik kesehatan ditolak meski telah membawa BPJS? atau ada peraturan yang menyulikan rakyat saat ingin berobat?
Potret inilah yang menjadi fenomena yang penulis amati dan dirasakan sendiri saat aturan membelenggu rakyat biasa yang mencari upaya kesehatan dari kartu bantuan pemerintah yakni BPJS.
Kejadian membuat institusi kesehatan perlu bertransformasi dan berbenah diri agar rakyat tidak hanya diberikan kartu namun justru sulit saat digunakan.
Dalam Buku "Prabowo untuk Indonesia Raya", Prabowo Subianto mencoba mencanangkan beberapa program untuk mewujudkan masalah-masalah terkait kesehatan.
Yakni berkomitmen dalam menjamin pelayanan kesehatan gratis bagi seluruh rakyat dengan mekanisme pelayanan percepatan. BPJS harus dibenahi dan dikembangkan lebih baik lagi, bukan dihentikan.