Lihat ke Halaman Asli

MyPresident

Kolom Opini Rakyat

Prabowo: Saya Tidak Mau Jadi Presiden di Atas Perpecahan Bangsa

Diperbarui: 9 November 2022   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: CNN Indonesia

Prabowo Subianto menjadi salah satu tokoh yang bisa kita ambil pelajaran tentang pentingnya menjaga 'persatuan bangsa' dari rekam jejak politiknya. Kata 'persatuan bangsa' ini mudah sekali untuk diucapkan, akan tetapi sulit untuk diimplementasikan. Namun bagi Prabowo, kata itu menjadi sakral dan tidak boleh dinodai oleh kekuasaan.

Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan RI ke-29 ini, menjadi sosok yang lebih memilih mengedepankan persatuan bangsa Indonesia dari pada memegang kekuasaan di atas perpecahan rakyat.

Hal ini nampak dalam orasinya saat menghadiri acara PKB 'Road to Election 2022' di Stadion Tennis Indoor Senayan, GBK, Jakarta beberapa hari yang lalu, di mana ia secara lantang mengatakan lebih memilih menjaga persatuan bangsa Indonesia ketimbang harus melihat rakyatnya bercucuran darah demi dirinya.

"Tidak ada gunanya kita ribut. Saya tidak mau jadi presiden di atas perpecahan bangsa Indonesia," tegasnya.

Pernyataan tegas Prabowo nampaknya mengingatkan kita kepada nasihat almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur soal kekuasaan. Kata Gus Dur "tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian," dan "yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan."

Nasihat ini seolah menjadi filosofi bagi anak ekonom Indonesia, Soemitro Djojohadikoesoemo itu dalam merealisasikan politik yang berkemanusiaan. Tak heran jika Gus Dur pernah mengatakan orang yang paling ikhlas untuk rakyat adalah Prabowo.

Tak hanya menjadi bualan di bibir, Prabowo nampak merealisasikan filosofi politik berkemanusiaan tersebut di dalam praktik. Tiga kali ikut dalam pemilihan presiden dan dua kali menjadi rival Presiden Joko Widodo, ia nampak legowo menerima kekalahan tersebut. Hingga akhirnya, di periode kedua Jokowi, Prabowo diangkat menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia oleh rivalnya sendiri.

Keputusannya masuk dalam 'Kabinet Indonesia Maju' mendapat cacian dan buliyan dari sebagian pendukungnya yang tak mengerti filosofi politik Prabowo. Namun, ia bukan politisi bermental 'kerupuk' yang disiram air langsung lembek. Bagi Prabowo, keputusan tersebut menjadi momentum untuk merekatkan nilai-nilai persatuan bangsa Indonesia.

Seolah Prabowo ingin mengatakan bahwa yang menjadi musuh bagi dirinya bukanlah Joko Widodo, melainkan perpecahan itu sendiri. Perpecahan itu biasanya lahir dari kebencian yang diproduksi dari 'hawa nafsu' atau 'nafsu amarah,' manusia. Dalam Islam, kita mengenal filosofi jihad. Maka Islam mengajarkan "jihad yang paling besar di dunia ini adalah jihad melawan hawa nafsu itu sendiri."

Kata Prabowo di depan Kader PKB, "saya mengakui saya dulu rivalnya Pak Jokowi, tapi demi merah putih, demi negara saya bersatu dengan Pak Jokowi," ujar Prabowo disambut riuh tepuk tangan hadirin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline