Semakin kesini makin terlahir orangtua toxic. Katanya semua Anak itu harus di perlakukan sebaik mungkin, faktanya Orangtua hobi membeda-bedakan dan membanding-bandingkan antara satu anak dengan anak yang lain.
Dari kacamata dan sudut pandang si Anak, pastinya hal tersebut menyakitkan. Membuat mereka merasa dilukai secara batin. Di bandingkan ataupun di bedakan dengan saudara kandung pastinya sangat menyesakkan.
Sewaktu kecil biasanya dibandingkan dari sisi kemampuan dasar, ketika bersekolah dibandingkan dari sisi prestasi akademik kemudian saat sudah dewasa akan dibandingkan dari sisi harta dan pencapaian.
Alangkah lelah dan tertekannya setiap Anak yang mengalami rangkaian hal-hal tersebut, pastinya menyebabkan luka batin yang berkepanjangan. Maka tidak menutup kemungkinan saat si Anak tumbuh menjadi dewasa lalu punya anak, akan menerapkan sistem yang sama.
Seperti subur terus berkelanjutan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Lalu kapan harus diputus mata rantainnya? Secepatnya. Saat Kita menyadari bahwa orangtua kita toxic atau kita yang menjadi orangtua toxic segeralah sadar, memperbaiki pola pikir. Kurangi menuntut banyak hal kepada anak, atau jangan jadi anak yang tertekan karena keinginan orangtua.
Berkonsultasi dengan ahli psikolog untuk berjuang menyembuhkan luka batin. Supaya saat menjadi orangtua, kita tidak meneruskan prilaku dan pola pikir yang keliru terhadap anak ataupun generasi berikutnya.
Era digitalisasi yang serba cepat saja sudah membuat anak jaman sekarang super duper kerja keras mengikuti dan mengimbanginya.
Jangan tambahkan beban dengan tipe orangtua yang kebanyakan menuntut, membandingkan kemudian membuat si anak minder/renda diri.
Dalam bermasyarakat Anak-anak yang tumbuh di lingkungan orangtua toxic sulit berkembang, beradaptasi. Banyak rasa cemas, takut dan menyebabkan ketidak pedean dalam melakukan terobosan.
Bahaya banget pastinya, persaingan dunia kerja ataupun sekolah saja sudah sangat membuat kita merasa pusing dan khawatir tidak dapat pekerjaan yang layak.