Lihat ke Halaman Asli

Lala_mynotetrip

Terus berupaya menjadi diri sendiri

Jangan Banyak Pikiran tapi Ditekan

Diperbarui: 31 Juli 2020   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak pernah ada kehidupan yang 100% dan tidak ada keluarga yang benar-benar sempurna. 

Tugas kita adalah menerima dan beradaptasi, seringkali terdengar kalimat "Jangan banyak pikiran" tetapi kenyataan tekanan itu selalu ada dan usai lidah mengucap "Jangan banyak pikiran" entah secara verbal ataupun non verbal. 

Katanya manusia adalah mahluk sosial, tetapi dalam beberapa kondisi terkadang menjauh dari keramaian demi menjaga kejernihan pikiran itu juga perlu. 

Sebagian merasa terbebani sudah usia 25 tahun dan belum menikah, ditanya kapan dan kapan. Tanpa menawarkan solusi, sebagian di bebankan dengan pertanyaan kapan punya anak saat sudah menikah. 

Sebagian di komentari pedas "kapan punya rumah?" Atau "kok punya anak terus sih?" Ujian banget kan. Sebagai pemeran utama kita berhak ambil sikap, marah lah sewajarnya supaya energi negatif tidak terpendam. Jika mampu menahan marah, diam lah. 

Jika sudah tidak kuasa menjawab dan mendengar tekanan tersebut, maka sesekali menjauhlah dari keramaian. 

Sebetulnya kepedulian tidak melulu tentang tekanan. Support system lah yang bisa jadi solusi. Semoga semakin banyak orang Indonesia yang sadar, batasan pertanyaan-pertanyaan supaya orang lain mampu bersosialisasi secara baik dan benar. 

Manusia butuh sesama untuk saling merangkul bukan saling memukul atau menikam dengan kalimat yang menghujam ulu hati. 

Selamat hari raya Idul adha, mari berqurban dan perbaiki adab dengan sesama manusia. Manusiakan lah setiap manusia, supaya bisa menjadi manusia seutuhnya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline