Lihat ke Halaman Asli

Lala_mynotetrip

Terus berupaya menjadi diri sendiri

Selembar Kertas Apa Dapat Menjadi Tolak Ukur?

Diperbarui: 10 Februari 2019   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nirkatz.com

Dulu saat saya masih duduk di Sekolah Menengah Pertama, sering sekali seorang guru yang mengajar di kelas saya berkata "memang ya kualitas anak Negeri dan swasta itu sangat berbeda jauh" ungkap nya setiap kali ia merasa kesal karena kelas kami agak gaduh, alias berisik. 

Kalimat itu sempat membuat saya merasa down, kenapa? Saya masuk sekolah swasta karena pertimbangan masuk Negeri itu harus naik 2 kali angkot dan ongkos perhari nya berat bagi orang tua saya (pada saat itu kami sedang mengalami kesulitan keuangan).

Ingat betul saat pembagian NEM (nilai Ebtanas Murni) wali kelas Sekolah Dasar saya menyarankan untuk masuk sekolah Negeri sampai membujuk ayah saya karena memang nilai saya bagus, kualitas saya pun adalah untuk bersaing dengan kawan-kawan lain di sekolah Negeri. 

Seiring berjalannya waktu saya mulai membuka mata dan pemikiran tentang kurang tepatnya mengukur kualitas seseorang hanya berdasarkan pada nilai Raport nya, nilai IPK nya, nilai pada Ijazahnya. Apalagi hanya mengukur kualitas seseorang berdasarkan almamaternya. Kenapa begitu? Okelah secara almamater lulusan kampus bonafit dan Negeri terkemuka sudah pasti memiliki kualitas diatas rata-rata namun apakah 100% dari mereka itu berkualitas sama? Tentu tidak, ada beberapa yang memang cerdas dan berwawasan luas namun ada juga yang sedang-sedang saja. 

Memasuki dunia masyarakat dan dunia kerja, secara umum mereka menilai kita semua dari kualitas diri. Tidak jarang kami yang hanya keluaran kampus swasta dan bukan dari kampus populer dapat bersaing dengan mereka-mereka yang level kampusnya jauh diatas kami. Hrd dan masyarakat luas sangat sadar bahwa yang mereka butuhkan adalah orang dengan kepribadian yang baik dan kemampuan yang mumpuni. 

Bersyukur saya selalu mendapatkan kesempatan untuk bersaing dalam dunia pekerjaan dengan mereka yang kampus nya jauh lebih berkualitas dari saya. Sedikit merasa jumawa saat saya dapat lulus dan diterima disebuah perusahaan (di mana pesaing saya lebih berkualitas) setiap kali interview dan psikotest kami selalu berkenalan dan sedikit bertukar informasi soal background pendidikan dan pengalaman.

Saya mungkin hanya 1 contoh dari sekian banyaknya orang (kami punya kualitas untuk berada di sekolah Negeri). Namun situasi dan kondisi kami kurang mendukung dan yang berusaha saya lakukan adalah mensyukuri nikmat ketika saya bisa bersekolah (tidak putus sekolah) dan berupaya mengoptimalkan potensi yang saya punya. 

Jadi menurut kacamata saya janganlah mengecilkan orang lain dan jangan merasa kecil karena tidak bisa menempati kampus-kampus bonafit dan populer. Mari optimalkan kemampuan yang kita miliki, perbaiki kepribadian kita juga luaskan wawasan.

Pendidikan itu hanya nilai kesekian yang dapat menompang kita, namun skill dan kepribadian merupakan nilai diri kita secara utuh. Bersyukurlah karena kita dapat melalui masa-masa pendidikan tanpa memusingkan harus jadi yang terbaik namun dapat menerapkan keilmuan yang didapatkan untuk dapat berdiri diatas pijakan kita sendiri, menjadi pribadi yang mandiri serta bermanfaat. 

Para guru dan orang tua berhati-hati dalam berujar, jangan menilai kualitas anak hanya berdasarkan selembar kertas nilai saja ya.. Support anak-anak mu, berikan kalimat-kalimat do'a yang baik, stimulus mereka dengan pemikiran positif karena kami semua punya kualitas yang lebih dari sekedar nilai dalam selembar kertas.

Semoga bermanfaat ya sobat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline