Dulu, saya mendengar dan membaca cerita tentang Nabi Musa dari buku atau dari cerita bapak/ibu guru di sekolah. Selama duduk di bangku sekolah itu, hampir semua ceritanya sama, bahwa Nabi Musa dapat membelah Laut Merah atau kehebatan Nabi Musa saat tongkatnya berubah menjadi ular dalam perjuangan dakwahnya di hadapan Firaun dan para pengikutnya. Itu-itu saja, terbayang kan, dari SD, SMP, SMA?
Lepas dari bangku sekolah, dan mendapatkan 'kebebasan' akses informasi tanpa sekat-sekat formal yang bernama 'sekolah', barulah saya sadar. Ternyata, ada banyak kisah hidup Nabi Musa yang bisa diteladani sampai saat ini dan kisahnya tidak hanya yang itu-itu saja. Sumber yang saya baca bahkan mengatakan bahwa Nabi Musa adalah nabi yang paling banyak diangkat cerita hidupnya di dalam Alquran, yaitu sebanyak 120 kali. Menarik, bukan?
Dalam sumber tersebut dikatakan bahwa paling tidak ada tiga alasan mengapa kisah hidup Nabi Musa yang paling banyak diangkat di Alquran. Pertama, Nabi Musa adalah nabi yang paling banyak mendapatkan ujian. Hal ini seperti yang terkandung dalam surat Thaha ayat 40, "... dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat) ... ." Kedua, dikatakan bahwa kisah yang dialami Nabi Musa mempunyai kesamaan dengan apa yang dialami Nabi Muhammad. Kehidupan keduanya yang sarat makna tidak hanya terkait pengalaman personal tetapi juga pengalaman terkait kehidupan di masyarakat yang dipimpin oleh raja/pemerintahan yang memberikan kesengsaraan pada rakyatnya. Nabi Musa berhadapan dengan Firaun, sedangkan Nabi Muhammad dengan para pemimpin suku Quraisy. Dan terakhir, banyak pelajaran dan keteladanan yang dapat diambil dari kehidupan Nabi Musa dan umatnya untuk seluruh umat Islam.
Jadi, cerita yang mana sih yang saya suka dan seringkali menjadi ajang refleksi diri untuk saya?
Ada dua bagian yang menjadi kesukaan saya dari perjalanan hidup Nabi Musa selain kisah Nabi Musa membelah Laut Merah dan mengubah tongkatnya menjadi ular.
Pertama, saat Nabi Musa kecil dihanyutkan oleh sang ibunda ke sungai untuk menghindari Firaun yang melarang bayi laki-laki hidup di wilayahnya. Diceritakan bahwa ibu Nabi Musa dengan berat hati harus melepas Nabi Musa namun beliau percaya pada kebesaran dan kekuasaan Allah.
Pada akhirnya, siapa sangka, justru istri Firaunlah yang berusaha mengambil hati suaminya agar diperbolehkan merawat Nabi Musa kecil. Tidak sampai di situ saja, dikisahkan bahwa Nabi Musa kecil tidak mau minum susu sampai akhirnya dibuat sayembara siapa yang bisa menyusui beliau. Ternyata, atas izin Allah, yang bisa menyusui Nabi Musa kecil adalah ibunya sendiri. Saya selalu terharu mendengar kisah ini. Bagaimana tidak, Nabi Musa dan ibunya bisa berdekatan kembali tanpa ada orang yang tahu. Benar adanya rencana Allah adalah selalu yang terbaik. Tidak terbayang jika saat itu, ibu Nabi Musa tidak patuh dan tidak mau menghayutkan Nabi Musa kecil ke sungai. Detail dari kisah ini ada di dalam Alquran surat Thaha ayat 39 serta surat Al-Qashas ayat 7.
Kisah kedua adalah saat Nabi Musa sudah dewasa dan lari dari kejaran tentara Firaun di Mesir hingga sampai ke suatu daerah, Madyan. Dalam kondisi serba terbatas dan tidak mempunyai apa-apa, beliau dengan penuh keyakinan berdoa kepada Allah, "Rabbi, inni lima anzalta ilayya min khairin faqir." Artinya, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. Doa ini tercantum dalam Alquran surat Al-Qashas ayat 24. Lagi-lagi saya terharu dengan keteguhan Nabi Musa dan keyakinan beliau pada pertolongan Allah SWT. Detail dari kisah ini ada di dalam Alquran surat Al-Qashas ayat 23 sampai 28.
Pada akhirnya, keyakinan kita pada Allah-lah yang utama. Bahwa Allah akan selalu menolong hamba-nya dan Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-nya. Sungguh kisah yang bermakna dalam, bukan?
Referensi bacaan:
1