Pola asuh strict parents seringkali menciptakan lingkungan keluarga yang cenderung otoriter, dimana aturan-aturan ketat dan harapan yang tinggi ditegakkan dengan keras. Perlakuan berlebihan dalam bentuk kontrol yang ketat dan kurangnya ruang untuk berekspresi diri anak seringkali menjadi dampak dari pola asuh ini. Penelitian psikologi dan sosiologi telah menunjukkan bahwa
pola asuh yang terlalu ketat dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan sosial anak, serta hubungan antara anggota keluarga.
Memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak adalah langkah penting dalam mengatasi dampak negatif dari pola asuh yang terlalu ketat.
John Rawls
Pendekatan psikologi dalam mengatasi perlakuan berlebihan dari strict parents meliputi pemahaman mendalam tentang kebutuhan psikologis anak serta strategi untuk memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Misalnya, terapi keluarga dapat membantu dalam memperbaiki komunikasi dan membangun kepercayaan di antara anggota keluarga. Di sisi lain, pendekatan sosiologi menyoroti pentingnya konteks sosial dan budaya dalam pola asuh keluarga. Mempertimbangkan norma-norma sosial dan ekspektasi budaya dapat membantu dalam merancang solusi yang sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Salah satu ilmu yang dapat diimplementasikan dari pendekatan psikologi adalah teknik komunikasi yang efektif antara orang tua & anak. Mengajarkan orang tua untuk mendengarkan dengan empati dan mengkomunikasikan harapan mereka secara jelas dapat membantu dalam mengurangi ketegangan dalam keluarga.. Selain itu, strategi pemecahan masalah dan manajemen emosi juga penting untuk diterapkan agar keluarga dapat menghadapi konflik dengan cara yang sehat dan produktif.
Dari sudut pandang sosiologi, penting untuk memperhatikan dinamika kekuasaan dalam keluarga dan mempromosikan partisipasi aktif dari semua anggota keluarga. Menciptakan lingkungan keluarga yang inklusif dan demokratis dapat membantu dan mengurangi perlakuan berlebihan dan menciptakan keseimbangan yang sehat antara otoritas dan kebebasan individu. Selain itu, memahami norma-norma sosial yang memengaruhi pola asuh dapat membantu dalam menyesuaikan praktik-praktik keluarga agar sesuai dengan nilai-nilai yang lebih sehat.
Penerapan ilmu psikologi dan sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dengan refleksi diri dan komunikasi terbuka antara anggota keluarga. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan memahami perspektif orang lain, serta bersedia untuk belajar dan berkembang bersama, adalah langkah awal yang penting untuk menciptakan keseimbangan dalam keluarga. Selanjutnya, praktik-praktik seperti penjadwalan waktu keluarga, menetapkan batasan yang sehat, dan memberikan ruang bagi ekspresi diri individu dapat membantu dalam mengurangi ketengangan dan menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga.
Kesadaran akan dinamika kekuasaan dalam keluarga membantu mengurangi risiko perlakuan berlebihan dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Max Weber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H