Lihat ke Halaman Asli

Cindy Salsabila

FKM UINSU '19

KDRT Membuat Anak Menjadi Trauma

Diperbarui: 27 November 2019   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  Berdasarkan docdoc.com pengertian trauma ialah hal yang sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar,biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan. 

Trauma juga menyebabkan perubahan fisik dalam otak dan kimia otak. Dan juga menyebabkan si penderitanya memiliki emosi yang tidak dapat diprediksi,bayangan akan kejadian masa lalu yang menakutkan,dan gejala fisik seperti sakit kepala hingga mual. 

Mereka yang hidup dalam trauma tak jarang mengalami kesulitan untuk berinteraksi terhadap sesama. Penderita trauma juga mengalami kecemasan yang berlebihan hampir di sepanjang waktu. Tentu ini bukan hal sepele yang bisa dibiarkan,apalagi trauma ini terjadi dikarenakan melihat perlakuan KDRT.

   Seperti hal yang dialami oleh teman saya. Dia mengatakan bahwasannya dirinya sangat trauma melihat kejadian KDRT yang ia lihat sendiri di depan matanya,dan ia pun seperti memiliki ketakutan tersendiri terhadap ibunya,bahkan sampai membuat dirinya depresi dan hampir bunuh diri. Seorang ibu adalah orang yang paling memberikan rasa aman dan hangat seharusnya,tetapi tidak dengan sosok ibu yang iya ceritakan. 

Menurutnya ibunya adalah orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang dikarenakan ibunya terkadang menelantarkan ia dan adiknya ketika sedang terjadi cekcok dengan ayahnya,dan bahkan berlaku kasar terhadap ayahnya dikarenakan persoalan yang berkaitan dengan keuangan. 

Bagi seorang anak seumurannya melihat hal yang seperti itu dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan kogintifnya, untungnya ia pandai mengatur dirinya agar tidak terganggu proses belajarnya. Namun yang disayangkan kemampuan dirinya untuk mengontrol emosinya masih belum dikatakan baik,disebabkan oleh trauma tersebut.

   Jika dikeluarga ataupun orang terdekat kita yang mengalami hal tersebut, ada baiknya kita terus memberikan dukungan moral agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena orang--orang tersebut cenderung bersikap labil,jika perlu mengajak melakukan konseling agar mengurangi rasa takut dan si anak dapat mengungkapkan segala hal ketakutan yang dia rasakan kepada seorang psikolog. Sehingga rasa takutnya berkurang dengan sendirinya. 

Lalu, membangun rasa kepercayaan diri pada anak tersebut. Kemudian melakukan terapi perilaku kognitif,saat perasaan takut timbul maka denyut jantung anak akan semakin berdenyut kencang untuk itu terapi kognitif juga bisa dilakukan agar anak bisa mengatasi dan juga mengontrol rasa takut yang ia rasakan.

   Berdasarkan cerita penglaman teman saya tentu ia menglami trauma psikologis dan mengutip pernyataan pada dosenpsikologi.com yang ditulis oleh Khanza Savitra (2016) mengatakan trauma tersebut memiliki beberapa macam, yaitu :

 1. Trauma Pengobatan

Trauma berkaitan dengan kesehatan, trauma ini terjadi ketika seorang mengalami penyakit tertentu yang mengharuskan dirinya melakukan tindakan bedah atau operasi. Yang mana rasa sakit setelah kejadian tersebut membuat si pasien menjadi takut datang ke rumah sakit atau pergi berobat untuk selanjutnya. Karena terbayang akan rasa sakit tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut dukungan dari orang-orang terdekat adalah hal yang sangat penting juga ahli kesehatan yang dapat membangkitkan rasa percaya diri si pasien agar tidak merasa takut lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline