Semua sudah tau apabila memasuki hari akhir puasa Ramadhan, euphoria yang terjadi di masyarakat adalah belanja maksimal menghabiskan uang THR dan mudik ke kampung halaman.
Kedua hal tersebut disandingkan bersama, karena ternyata keduanya berkaitan.
Saat perusahaan pemberi kerja memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) kepada karyawannya, maka di saat itulah dorongan untuk berbelanja semakin membuncah, tanpa berpikir untuk menyisihkan berupa tabungan.
Lalu apa kaitannya dengan mudik?
Begini... saat seseorang berpikir untuk menghabiskan waktu lebaran di kampung halaman atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan mudik, kemudian ia akan melakukan salah satu dari kebiasaan buruk yang seolah menjadi kewajiban yaitu memberikan buah tangan kepada keluarga atau sanak saudara yang dikunjungi. Inilah alasan yang membuat anggaran belanja membengkak saat menjelang lebaran.
Sebenarnya, seberapa perlunya sih hal itu? Dan apakah sepadan apabila hasil kerja keras selama 11 bulan bisa habis sekejap hanya dalam 1 bulan?
Pertanyaan tersebut kemudian mengajak untuk mendobrak kebiasaan lama yang kurang menguntungkan tersebut dengan kebiasaan baru yang bisa membawa pencerahan dalam kehidupan, terutama aspek finansial.
Bagaimana caranya?
Mulai sekarang, mari kita belanjakan THR dengan optimal. Pertama, penuhi kewajiban Anda melunasi utang. Kemudian, pisahkan antara kebutuhan dan keinginan, kebutuhan mana yang sifatnya lebih urgent daripada yang lain. Misalnya, membeli parcel dan baju baru adalah kebutuhan fleksibel yang tidak bersifat mendesak.
Tidak berhenti sampai di situ, karena jangka panjang juga perlu dipikirkan, sisihkan 15% dari THR Anda untuk investasi.
Sebagai referensi hitungan ideal, download tabel hitungan di sini (masukkan alamat email di comment box).