Lihat ke Halaman Asli

Para Periset Indonesia Hengkang ke Malaysia

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semakin mendalam kita tahu tentang negara kita, Indonesia, ternyata semakin menyedihkan, karena penanganan hampir semua bidang, dari hulu hingga hilir, banyak yang tidak beres. Tak heran jika negara ini tidak maju-maju, meski telah 65 tahun merdeka.

Harian Media Indonesia hari ini, Jumat (17/9/2010), merilis berita tentang hengkangnya anak bangsa yang berprofesi sebagai periset, ke negeri jiran Malaysia, karena selain di sana mendapat gaji hingga 10 kali lipat di banding di Indonesia, dana yang dialokasikan pemerintah Malaysia untuk melakukan penelitian juga sangat besar. Jika dana penelitian yang dialokasikan pemerintah Indonesia hanya 0,09 persen dari gross domestik bruto (GDP), pada 2003 saja Malaysia mengalokasikan 0,7 persen dari GDP. Sekarang, dana itu telah meningkat 14 kali lipat.

Hal lain yang membuat anak bangsa yang berprofesi sebagai periset tak betah di negaranya sendiri adalah, untuk mengurus izin melakukan penelitian di suatu daerah, mereka harus melalui proses perizinan yang berbelit karena banyaknya 'aturan main' yang diterapkan, sehingga para peneliti itu tidak leluasa dalam bekerja (informasi lebih lengkap, klik di sini).

Informasi ini kian menyadarkan kita, bahwa betapa banyaknya yang harus dibenahi di negeri ini jika kita benar-benar ingin negara kita maju dan sejajar dengan negara lain yang telah lebih dulu melesat meninggalkan kita. Periset atau peneliti bagi Indonesia memiliki peran yang sangat penting, karena Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati dan hasil Bumi yang jika dieksplorasi secara maksimal, baik dengan cara ditambang maupun diteliti demi menghasilkan formula obat-obatan atau lainnya, akan membuat negara ini makin dipandang negara lain sebagai yang luar biasa. Jika para penelitinya kabur, apa yang dapat kita harapkan?

Bumi Malaysia tidak sekaya Indonesia, namun tak dapat dipungkiri, negara itu jauh lebih baik dari negara kita, sehingga meski negara kita kaya raya, penduduk negara kita tak segan-segan merantau ke negeri itu demi mencari sesuap nasi. Padahal, demi kian mengibarkan benderanya, Malaysia tak segan-segan 'menjadi pencuri' dengan mengakui sejumlah seni budaya kita, seperti Reog Ponorogo, tari pendet, dan angklung, sebagai seni budayanya. Bayangkan jika seluruh anak bangsa ini yang berprofesi sebagai peneliti suatu saat pindah semua ke Malaysia, apa jadinya bangsa ini? Dan apa juga jadinya Malaysia?

Belum ada data memang berapa banyak peneliti Indonesia yang saat ini bekerja di lembaga-lembaga penelitian dan universitas di Malaysia. Namun berapapun jumlah mereka saat ini di negara jiran, hendaknya pemerintah (baca; Presiden SBY) membuka mata dan segera melakukan atisipasi agak tidak menyesal di kemudian hari. Apalagi karena pada 2008, SBY pernah berjanji akan menyejahterakan kehidupan para peneliti Indonesia, dan janji itu masih belum direalisasikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline