Belanda akan absen di Piala Eropa 2016 karena tak mampu melewati babak kualifikasi. Inilah kali pertama sejak 1984 mereka gagal menembus putaran final Piala Eropa. Di klasemen akhir Grup A, “Die Oranje” menempati posisi ke-4. Juara Piala Eropa 1988 itu cuma mengumpulkan 13 poin dalam 10 pertandingan. Terakhir kali Belanda absen di perhelatan Piala Eropa adalah pada tahun 1984 silam. Saat itu, mereka juga gagal melewati babak kualifikasi karena kalah bersaing dengan Spanyol.
Sejak era keemasan maestro sepakbola Belanda, Johan Cruyff cs dengan gaya “Total Footbal”-nya, yang membawa negerinya ke babak final Piala Dunia duakali berturut-turut, pada tahun 1974 di Jerman (Barat) dan tahun 1978 di Argentina, dimana kita ketahui hasilnya Belanda hanya menjadi “runners-up” pada kedua turnamen akbar dunia tersebut, serta diselingi mencapai babak semifinal Piala Eropa pada tahun 1976 di Yugoslavia, Belanda seperti susah mendapatkan regenerasi pemain-pemainnya terbaiknya.
Sampai akhirnya, negara dengan julukan “Negeri Kincir Angin” tersebut, meraih trofi juara pertama pada perhelatan Piala Eropa tahun 1988, mengalahkan Uni Soviet dengan skor 2-0 melalui gol-gol yang dicetak oleh sang kapten “The Flying Dutchman”, Ruud Gullit di menit ke-32 dan Marco Van Basten di menit ke-54. Sebuah gol yang akan selalu diingat sebagai salah satu gol terbaik sepanjang gelaran Piala Eropa. Itulah trofi pertamakali yang dapat direngkuh dan juga satu-satunya trofi juara hingga kini yang dikoleksi oleh asosiasi sepakbola Belanda, Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB ), sepanjang kepesertaan mereka sebagai anggota FIFA dan UEFA.
Kebangkitan tim nasional sepakbola “Die Oranje” kala itu, tak lepas dan dimotori oleh pemain-pemain yang bertalenta tinggi, yang kemudian oleh media dijuluki sebagai “Trio Belanda”, yaitu Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Frank Rijkaard, tanpa menafikan kontribusi dari rekan-rekan satu tim lain tentunya, seperti “The Twins” Ronald dan Erwin Koeman, Aaron Winter, serta kiper Hans Van Breukelen dan lain-lain. Trio Belanda ini jugalah yang kemudian menjadikan klub besar “Serie A” asal negeri spageti, Italia, milik Selvio Berlusconi, yaitu AC Milan, terutama khususnya untuk duo pertama Ruud Gullit dan Marco Van Basten di musim pertamanya tahun 1987/88, dimana duet ini yang dikontrak sejak tahun 1987, berhasil membawa “Rossoneri” meraih “Scudetto” pertama sejak terakhir kali merebutnya pada tahun 1979. Begitu Frank Rijkaard datang pada 1988, terciptalah trio maut Belanda nan tersohor itu. Van Basten mencetak 32 gol dari 47 penampilannya di seluruh ajang. Mereka sukses membentuk generasi emas “Il Diavolo Rosso” dimana sanggup menaklukkan Eropa selama dua musim berurutan (1988/89 vs Steaua - Rumania, 1989/90 vs Benfica - Portugal).
Nah, sejak generasi emas Robin Van Persie dan Arjen Robben cs ini mulai menua dan mereka hanya merengkuh juara ke-3 pada gelaran Piala Dunia terakhir tahun 2014 di Brasil lalu, nampaknya belum muncul lagi generasi pemain-pemain baru yang kualitasnya mampu menjembatani dengan kualitas generasi yang mulai menua tersebut di atas, dari tim negeri Kincir Angin ini.
“Vaarwel Nederland”. Selamat tinggal Belanda. Kami tak dapat menyaksikan gaya “Total Football”-mu yang mulai memudar pada perhelatan Piala Eropa tahun 2016 di Prancis nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H