Lihat ke Halaman Asli

Cakep Bersyahadat

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Selamat anda lulus tahap pertama sebagai CAKEP (calon kepala sekolah) harap persiapkan diri untuk mengikuti diklat selama 1 minggu…”

Detak jantungku terhenti setelah melihat papan pengumuman. Aku bersyukur karena nama isteriku terdaftar sebagai calon kepala sekolah dan harus menyiapkan seluruh berkas untuk mengikuti diklat hari itu juga. Tapi aku kecewa karena namaku tidak muncul dalam urutan itu. Pikiranku semakin tak karuan melihat kenyataan pahit ini.

“Mah, bapak pulang duluan yah, nanti kalo sudah selesai pengumpulan berkasnya sms bapak saja” ucapku lirih dengan hati kecewa.

“Yasudah, nanti jika ada pengumuman gelombang dua mamah kasih tau bapak, siapa tau saja nama bapak terdaftar. Alhamdulillah mamah lolos tahap pertama. Banyak berdoa yah pak semoga pengumuman gelombang dua ada nama bapak”.

Aku bergegas menuju parkir motor. Dengan menggunakan jaket dan helm hitam akupun mengendarai motor hitam berbentuk bebek. Entah kenapa keringat ini membasahi sekucur bahuku, mungkinkah ini keringat kegelisahan seorang ayah?

“Bapak sudah pulang?” Tanya anak perempuanku.

Aku yang sibuk membersihkan keringat yang bercucuran, ibu jari ini tak hentinya untuk bergerak kesana kemari menyentuh setiap garis pembatas jari yang lainnya, sedang mulutku komat-kamit mengumandangkan lafadz laa ilaaha illallah.

“Bergadang jangan bergadang, bergadang tiada artinya…” alunan musik bang Haji Rhoma Irama menghancurkan penat di kepalaku. Aku yang khusyu dengan ucapan syahadat ku, terasa tak mendengar alunan musik itu.

“Pak ada telpon dari mamah” teriak anak perempuanku yang asyik membaca novel bergendre remaja.

“Angkat neng, bapak lagi cari dokumen” sahutku di ruang kerja yang sedari tadi sibuk mengacak-acak meja yang penuh dengan tumpukan buku-buku pelajaran Sekolah Dasar.

“Pak, mamah mau ngomong sama bapak” pinta anakku sambil memberikan telepon genggam.

“Assalamualaykum mah, ada apa?”.

“Waalaykumsalam pak, cepet kesini yah ada pengumuman baru, insyaallah baik”.

Akupun langsung bergegas menuju kantor Catatan Sipil di Gedung Cisadane Tangerang. Dokumen yang berisi persyaratan untuk calon kepala sekolah kini aku genggam erat. Melihat statusku sebagai PNS yang cukup pantas dengan jabatan kepala sekolah, aku yakin bisa lolos, namun semua ku pasrahkan kepada Allah. Dan tibalah aku di sana, isteriku tengah menunggu di lobby. Isteriku terlihat memancarkan senyum indah dari bibirnya yang merah merona.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline