Lihat ke Halaman Asli

celoteh anak negeri

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pepesan kosong selalu ada
tiap kali kami buka setelah kau lewat
ruas dalam hati kami yang telah kau isi
oleh semua manisnya janji janji
kini kami harus merangkai sendiri
kisah yang selalu sama adanya
tanpa bisa menatapmu menjauh
menjauh dari api yang kau bakar
menjauh dari segala polesan keindahan
terlihat hanya punggung belaka
tanpa sekalipun perlihatkan wajahmu lagi

Diatas mimbar-mimbar kau berjanji
sarang madu kau semaikan
hati kami kekurangan gula darah
tak ingatkah jika itu menggiurkan
memilihmu membabi buta
tanpa tahu siapa dirimu sebenarnya

Telah disilaukan hati dan jiwa kami
dibutakan semuanya dari podium
keriuhan suara menyombongkanmu
lalu kemana setelah semuanya selesai
setelah kau dapatkan suara suara itu
kami hanya bisa menatap kosong
tinggal bercermin sumur
hampir kekeringan dahaga kemarau

Lihat diseberang jalan
seorang kakek membawa tongkat penyanggah
dengan batok kelapa duduk diatas trotoar
menatapmu kosong kokohnya bangunanmu
kau terus tertawa dibatas bias
tidakkah kau sadar tongkatnya adalah milikmu
kau butuhkan saat kau berjalan
kami tak lagi mengharap
hanya menatap diseberang rencanamu

Mulutmu berbuih penuh intrik
menyebarkan baksin sampai kesini
lalu anak anak negeri hendak kemana
jika tak lagi memiliki kepercayaan
adakah yang mengerti suara ini
atau nyamuk mengganggu tidurmu
kau kibaskan dan hinggap entah dimana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline