Lihat ke Halaman Asli

Masih Banyak Hal yang Lebih Penting Dibanding Memikirkan Ketakutan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak. Saya menggeleng dengan kepala yang berat begitu sadar dari tidur. Setumpuk kebimbangan mengakar begitu kuat di otak saya. Rasa canggung bercampur dengan kepengecutan begitu terampil menyulam talinya sehingga kuat dan tak bisa lepas. Bisa lebih disederhanakan lagi, kawan? Mungkin ketakutan. Iya, lebih tepatnya ketakutan untuk menghadapi hari. Atas dasar kegagalan yang diperbuat kemarin hari, dan mimpi yang baru saja saya alami. Ketakutan..

Semua manusia akan sepakat jika 'ketakutan' adalah sebuah hal yang manusiawi. Semua orang pernah merasakannya dan semua orang harus merasakannya sebagai pertanda kalau kita masih hidup. Namun terkadang semua itu menjadi berlebih jika tak ada sedikitpun solusi untuk meredakan rasa takut tersebut. Semakin berlebih lagi jika ada trauma-trauma di masa lalu yang membuat kita akan sangat memperhitungkan langkah yang akan kita ambil, karena takut untuk gagal lagi, takut untuk memulai lagi, takut untuk dipermalukan lagi, takut untuk bla bla bla.... Dan pasti semakin akan berlebihan lagi jika secara tak sadar kita berfikir bahwa 'saya' adalah satu-satunya orang di dunia ini yang sedang merasakan takut dan tak ada orang lain yang dapat membantu.

Tubuh akan gemetar jika mental tak sekuat baja menghadapi rasa takut itu sendirian. Pikiran akan melanglang buana memikirkan segala hal negatif yang belum terjadi, menjadi tampak jelas di depan mata dan seolah-olah sedang kita alami. Ucapan-ucapan yang pasti muncul adalah "Entar kalo gw begini takutnya...." atau "Enggak deh mendingan, dari pada...." Pasti. Jika "pengecut" itu tidak cepat-cepat diusir dan diberi label "Banned" pada diri kita.

Andrew Jackson berfilosofi, "Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah penakut dan bimbang, teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh." Sebegitu haramnya sebuah "ketakutan" sampai mantan presiden USA tersebut memusuhi rasa takut. Dan sebaliknya, dia memuji bagaimana berharganya sebuah "keberanian", walaupun sekecil apapun untuk dijadikan teman.

Sebagai contoh, satu jam kita duduk dengan membuat spekulasi-spekulasi negatif tentang hidup kita dan merenungi penyesalan tentang kegagalan yang baru saja kita lakukan. Dibandingkan satu jam kita duduk membaca buku atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, rasa takut = membuang-buang waktu. Lantas untuk apa dimiliki? Hal kecil memang seringkali membuat keberanian itu surut, tapi ingatlah, kita tidak hidup untuk di satu hari.  Dan kita tidak hidup untuk diri sendiri. Berfikirlah kalau hari esok masih menanti untuk kita isi. Dan bumi masih akan berputar seribu tahun lagi. Jadi, untuk apa kita takut jika 'keberanian dan keyakinan' itu diciptakan gratis untuk kita miliki. Masih banyak hal yang lebih penting dibandingkan hanya memikirkan ketakutan. Sebuah anonim menyebutkan, "Penyesalan akan hari kemaren, dan ketakutan akan hari esok adalah dua pencuri yang mengambil kebahagiaan saat ini." So, just say no to fright!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline