Lihat ke Halaman Asli

Bunga Rampai Kaum Pesantren Episode 1

Diperbarui: 21 Mei 2018   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah keindahan dan keagungan bagi seseorang yang benar-benar ingin menggapai cita-cita dalam mencari ilmu dan mengamalkannya, cerita ini menggambarkan seseorang yang cita-citanya ingin menjadi pentransfer ilmu dan manfaat bagi masyarakat/ mengamalkannya. Wahyu namanya, sebuah nama pun menjadi motivasi utama bagi seseorang yang ingin menganalisa atau mengoreksi dirinya sebelum mengoreksi kelemahan dan kekuatan bagi perilakunya.

Semenjak wahyu kelas lima SD (Sekolah Dasar), dia sudah melakukan aktifitas-aktifitas yang mengindahkan suara untuk dikumandangkan dihadapan ratusan bahkan ribuan masyarakat, Qiroah sebutannya bagi kaum santri maupun masyarakat khususnya Jawa Timur, sebuah penanaman-penanaman benih keindahan suara bagi seseorang yang ingin membaca khitab suci tentunya diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disebarkan kepada umatnya (Al-Quran).

Wahyu artinya Cahaya, tentunya seseorang yang bisa merasakan keindahan cahaya pasti orang tersebut mengingat kebesaran Allah, betapa berharga, penting dan manfaatnya sebuah cahaya bagi lautan manusia. Bukan itu saja, dalam perspektif lain cahaya juga bisa diartikan dengan penerangan bagi sebuah keping hati kalau diibaratkan hati seorang istri, juga jutaan keping hati kalau diibaratkan hatinya masyarakat dunia khususnya indonesia.

Kembali ke perjalanan Wahyu dari menimba ilmu qiroah, wahyu berproses untuk menimba ilmu qiroah dimulai tempat yang cocok bagi lingkungan yang seseorang ingin menghiasi perilakunya. pesantren tempatnya, wahyu berproses mencari ilmu qiroah dimulai dari ponpes I'anatuttholibin yang lokasinya bertempat di randurancang kecamatan pungging, kabupaten mojokerto.

Dimulai dari situlah Wahyu menimba ilmu setiap hari sabtu sore dan pulangnya setiap minggu pagi, tentunya bagi anak yang masih kecil, kalau jauh dari rumah atau orang tua pasti hati tidak tenang rasanya kangen sekali. pada pertemuan pertama dan pada suatu malam wahyu ingin mengejamkan mata untuk memulai istirahat dan hati wahyu terasa risau, beribu-ribu kekhawatiran dan berkali-kali timbul rasa tidak tenang selalu menyelimuti hati wahyu. seiring berjalannya detik-detik jam, mulailah sifat anak kecil yang kebiasaannya cengeng alias nangis, puluhan bahkan sampai ratusan tetasan air mata terus menerus mengaliri pipi kanan dan kirinya.

Seiring berjalannya jarum jam yang menunjukkan jarum yang paling pendek berada pada angka 4, mulailah wahyu ingin membendung puluhan bahkan sampai ratusan air mata yang membasahi kedua pipinya dan seorang ustad pondok pun menghampiri wahyu, beliau mengatakan "memang orang mencari ilmu yang ikhlas itu tidak mudah, harus meninggalkan ayah, ibu, maupun keluarga besar dan itu sangatlah berat, akan tetapi semua itu apabila seseorang benar-benar dimulai dari niat, maka seseorang tersebut akan dimuliakan oleh Allah" dan setelah itu terdengarlah adzan subuh yang artinya lautan manusia muslim yang hidup didunia ini harus wajib melaksanakan kewajibannya yakni sholat.

Seiring berjalannya waktu sinar matahari pun mulai memancarkan ke lautan manusia yang ada di sabang, disitulah saya bersiap-siap dan mengharapkan  jemputan dari sang ayah tercinta, dan yang ditunggu-tunggu akhirnya juga datang, begitu bahagia dan gembiranya hati saya.

Setelah itu saya pun berpamitan kepada pengasuh ponpes untuk pulang.

Bersambung......!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline