Jabariyah berasal dari kata "jabr", yang berarti paksaan atau keterpaksaan, mengacu pada doktrin bahwa manusia dipaksa oleh kehendak Allah dalam segala tindakannya.
Aliran ini muncul pada masa awal perkembangan pemikiran islam. Aliran Jabariyah dikenal dengan pandangannya yang deterministik, yaitu keyakinan bahwa semua tindakan manusia sudah ditentukan oleh Allah, dan manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam perbuatannya.
1. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah
Aliran Jabariyah muncul pada abad pertama Hijriah, bertepatan dengan periode awal perkembangan Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai pendiri atau tokoh utama dari aliran ini adalah Jahm bin Safwan, seorang teolog dari abad ke-8 Masehi.
Jahm bin Safwan adalah seorang intelektual yang hidup di bawah Dinasti Umayyah, di mana ia memperkenalkan pandangan deterministik mengenai hubungan antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan.
Pemikiran Jabariyah muncul sebagai reaksi terhadap situasi politik dan teologis pada masa itu. Dalam konteks politik, Dinasti Umayyah mengalami berbagai ketegangan dan pemberontakan, yang pada akhirnya memunculkan perdebatan tentang kekuasaan dan takdir.
Pada saat yang sama, ada aliran-aliran teologis lain yang mulai berkembang, seperti Qadariyah, yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam tindakannya.
Aliran Jabariyah menentang pandangan ini dengan menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kuasa atas kehendaknya sendiri, dan bahwa segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, sudah diatur oleh Allah.
2. Doktrin-Doktrin Utama Aliran Jabariyah
Ada beberapa doktrin utama yang menjadi dasar pandangan Jabariyah mengenai kehidupan dan kehendak manusia, antara lain:
a). Determinisme Mutlak: Jabariyah meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk tindakan manusia, sudah ditetapkan oleh Allah. Manusia tidak memiliki kebebasan atau kontrol atas tindakannya. Semua perbuatan manusia, baik atau buruk, sepenuhnya berada di bawah kendali Tuhan.
b). Ketiadaan Kehendak Bebas: Pandangan ini terkait erat dengan determinisme. Menurut Jabariyah, manusia hanyalah "alat" dari kehendak Tuhan. Mereka berargumen bahwa karena Tuhan Maha Kuasa, segala sesuatu yang terjadi adalah sesuai dengan kehendak-Nya, dan manusia tidak bisa mengubah atau mempengaruhi takdir yang telah ditetapkan.
c). Penolakan terhadap Pertanggung jawaban Individu: Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab atas perbuatannya.